Replace January 2014

Wednesday, January 15, 2014

28 Lagu Slipknot Terbaik Yang Wajib Anda Dengarkan



Jujur, memang sangat sulit menemukan kebosanan dalam menulis tentang musik, apalagi Slipknot yang merupakan band yang lagunya paling sering saya dengarkan sepanjang masa (setelah Dream Theater). Maka dari itu, saya ingin berbagi opini mengenai beberapa lagu Slipknot terbaik (beserta judul albumnya) yang wajib Anda dengarkan. Here we go..


1.      (Sic) - Slipknot (1999)
2.      Eyeless - Slipknot (1999)
3.      Disasterpieces - Iowa (2001)
4.      People = Shit - Iowa (2001)
5.      Surfacing - Slipknot (1999)
6.      The Blister Exists - Vol. 3 : The Subliminal Verse (2004)
7.      Three Nil - Vol. 3 : The Subliminal Verse (2004)
8.      Liberate - Slipknot (1999)
9.      Sulfur - All Hope Is Gone (2008)
10.  Everything Ends - Iowa (2001)
11.  All Hope Is Gone - All Hope Is Gone (2008)
12.  Vendetta - All Hope Is Gone (2008)
13.  Psychosocial - All Hope Is Gone (2008)
14.  Duality - Vol. 3 : The Subliminal Verse (2004)
15.  Wait and Bleed - Slipknot (1999)
16.  Gematria (The Killing Name) - All Hope Is Gone (2008)
17.  Get This - Slipknot (1999)
18.  Spit It Out - Slipknot (1999)
19.  The Heretic Anthem - Iowa (2001)
20.  My Plague - Iowa (2001)
21.  Eeyore - Slipknot (1999)
22.  Before I Forget - Vol. 3 : The Subliminal Verse (2004)
23.  Purity - Slipknot (1999)
24.  Butcher’s Hook - All Hope Is Gone (2008)
25.  This Cold Black - All Hope Is Gone (2008)
26.  Wherein Lies Continue - All Hope Is Gone (2008)
27.  Opium of The People - Vol. 3 : The Subliminal Verse (2004)
28.  Pulse of The Maggots - Vol. 3 : The Subliminal Verse (2004)


Lumayan banyak ya lagu Slipknot favorit saya? Selamat mendengarkan dan jangan download illegal ya. Silahkan download resmi (iTunes) atau beli CD original-nya.

Saturday, January 11, 2014

Evolusi Musik Slipknot



Sebagai salah satu band metal dunia berkaliber besar, Slipknot kerap menjadi sorotan media-media bergengsi seperti Metal Hammer, Revolver, Rolling Stone, dll. Keunikan dari band bentukan tahun 1995 tersebut memang menjadi nilai plus besar yang membuat media-media di atas seakan tak ada habis-habisnya dalam memberitakan perkembangan Slipknot sehingga popularitas band asal Des Moines, Iowa, Amerika Serikat tersebut terus meroket dan menjadi salah satu band yang fenomenal. Hal-hal unik dan menarik dari mulai penomoran personil, kostum, topeng, instrumen, lirik, hingga musiknya sendiri memang menjadi daya tarik bagi para ‘konsumen’ metal se-dunia.

Kali ini saya akan membahas tentang evolusi musik Slipknot dari mulai debut album mereka yang diluncurkan pada tahun 1999, hingga sekarang.


Slipknot (1999)
Album yang menjadi best-selling Roadrunner Records ini merupakan artefak perdana Slipknot di ranah musik dunia sekaligus menjadi semacam sebuah ‘ledakan’ yang mengagetkan karena merupakan album yang membawa sebuah warna baru dalam dunia musik metal. Percampuran yang sangat baik antara unsur nu metal, hardcore, dan techno membuat Slipknot seakan menjadi nabi yang membawa ajaran baru kepada metalheads dunia sekaligus menjadi band pendatang baru yang fenomenal pada saat itu. Lagu-lagu seperti “(Sic)”, “Eyeless”, “Wait and Bleed”, “Surfacing”, “Liberate”, “Spit It Out”, dan “Get This” seolah menjadi soundtrack harian bagi para metalhead ketika itu. Musik yang perkusif dan groovy, perpaduan vokal scream dan rap, serta lirik yang eksplisit tetapi menarik membuat album ini pantas menjadi sebuah masterpiece bagi Slipknot. Tak heran mengapa album self-titled ini seakan menjadi ‘akar’ bagi Slipknot untuk album-album selanjutnya.

Iowa (2001)
Ketika metalheads dunia belum sempat detoksifikasi dari album self-titled, pada tahun 2001, Slipknot kembali menginjeksi mereka dengan ‘racun’ bernama “Iowa” yang lebih mematikan dari sebelumnya. Album ini masih berada dibawah naungan Roadrunner Records dan tentunya kembali menyandang gelar best-selling. Menurut saya pribadi, sejauh ini belum ada album yang bisa menandingi ‘kegelapan’ Iowa baik dari segi musik, lirik, maupun sound. Jika pada album self-titled saya mendeskripsikannya sebagai album yang ‘liar’, pada album Iowa saya bisa menyebutnya sebagai Slipknot versi ‘buas’ karena karakter vokal growl dan scream Corey Taylor yang sangat menyeramkan pada album ini membuat banyak pihak yang menyebut-nyebut Iowa sebagai album terbaik yang pernah dibuat oleh Slipknot. Unsur groovy pada album ini juga masih sangat terasa sehingga membuat Iowa menjadi lengkap. “Disasterpieces”, “People = Shit”, “Everything Ends”, “My Plague”, dan “The Heretic Anthem” merupakan lagu-lagu yang saya favoritkan pada album ini.

Vol. 3 : The Subliminal Verse (2004)
Roadrunner Records kembali merilis album dari ‘anak emas’nya pada tahun 2004. Sedikit berbeda dari dua album sebelumnya karena unsur nu metal yang sedikit lebih kental, “Vol. 3 : The Subliminal Verse” tetap menjadi album yang berbahaya bagi metalheads dunia. Konten eksplisit dalam lirik yang berkurang dari sebelumnya, membuat album ini seolah menjadi album Slipknot yang lebih dewasa. ­Riff-riff groovy khas Slipknot seperti pada lagu “Three Nil” memang membuat orang menari rusuh ketika mendengarkannya, atau ritem yang energetic pada lagu “The Blister Exists” yang berpotensi membuat para pendengarnya seketika headbang. Pada pertengahan lagu “The Blister Exists” juga terdapat bagian solo drum dan perkusi ala marching band yang memukau dan membuat maggots semakin jatuh cinta dengan Slipknot. Lagu-lagu seperti “Duality” dan “Vermilion” juga menjadi lagu favorit karena karakter vokal clean Corey Taylor yang lebih ditonjolkan yang membuat kedua lagu ini menjadi sebuah ‘patokan’ atas unsur nu metal yang dimiliki Slipknot.

All Hope Is Gone (2008)
Empat tahun setelah dirilisnya “Vol. 3 : The Subliminal Verse”, band dengan sembilan orang personil tersebut kembali dipinang oleh Roadrunner Records untuk yang keempat kalinya. Slipknot kembali menerjang maggots dengan “All Hope Is Gone” yang menurut saya agak ‘berbelok’ dari tiga album sebelumnya. Self-titled, Iowa, dan Vol. 3 : The Subliminal Verse itu istilahnya masih ’11-12-13’, tetapi pada All Hope Is Gone ini Slipknot mencoba untuk lepas dari ‘akar’nya yaitu album debutnya sendiri, walaupun tidak sepenuhnya berhasil. Dari segi sound, saya bisa katakan bahwa ini adalah album Slipknot dengan kemasan sound terbaik karena jika dibandingkan dengan ketiga album sebelumnya, sound pada album ini terdengar lebih tebal dan garang. Saya juga bisa mendeskripsikan album ini sebagai album ‘terberat’ yang pernah dibuat oleh Slipknot karena “Gematria (The Killing Name)”, “Sulfur”, “Psychosocial”, “Vendetta”, “Butcher’s Hook”, “This Cold Black”, “Wherein Lies Continue”, dan “All Hope Is Gone” menjadi lagu-lagu yang membuat Slipknot menjadi monster yang jauh lebih menyeramkan dari sebelumnya. “Psychosocial” adalah lagu yang mendapat pujian bertubi-tubi karena komposisinya yang berat, namun tetap easy-listening karena dibalut dengan vokal clean Corey Taylor yang melodious pada bagian reff sehingga lagu tersebut menjadi lagu yang mendongkrak popularitas Slipknot ke level selanjutnya. Pada album ini Slipknot juga mencoba untuk lebih bereksplorasi dengan menyuntikkan elemen musik djent dan progressive metal seperti pada lagu “Butcher’s Hook”. Tidak beda jauh dengan “Vol. 3 : The Subliminal Verse”, konten eksplisit dalam lirik pada album ini juga tidak ‘separah’ album self-titled atau yang lebih kejam, Iowa. Sayangnya album ini menjadi album terakhir bagi Paul Gray sang basis yang meninggal dunia pada tahun 2010.


Kurang lebih seperti itulah evolusi musik Slipknot menurut perspektif saya sebagai salah satu dari jutaan maggots di seluruh dunia. Jika dilihat dari segi live performance, ada sedikit kekecewaan atau mungkin keanehan yang saya rasakan setiap menyaksikan rekaman penampilan live Slipknot dari waktu ke waktu. Pertama, semenjak kematian Paul Gray, Slipknot terlihat seperti mengurangi ‘dosis ugal-ugalan’ ketika sedang manggung. Berkurangnya aksi-aksi chaotic yang biasa ditampilkan oleh Slipknot seperti headbanging, lompat-lompat, hingga stage diving, hingga bakar-bakaran seperti pada era album self-titled memang membuat saya kecewa. Bahkan Joey Jordison yang terkenal jago headbanging sambil main drum itu sudah tidak pernah melakukan itu lagi ketika manggung pasca kematian sang basis. Kedua, lagu-lagu ‘berbisa’ dari album All Hope Is Gone seperti “Gematria (The Killing Name), “Vendetta”, “Wherein Lies Continue”, dan “This Cold Black” tidak pernah dibawakan secara live, entah mengapa. Ketiga, 3-4 tahun terakhir, vokal growl dan scream Corey Taylor ketika tampil secara live menurut saya sangat-sangat buruk dan terdengar seperti orang yang tidak bisa melakukan hal itu, terutama saat membawakan lagu-lagu dari tiga album pertama Slipknot. Hal tersebut membuat saya sangat kecewa karena Corey Taylor terkenal dengan ‘kesadisan’ vokal growl dan scream-nya seperti pada album Iowa yang benar-benar mengagumkan itu. Intinya, menurut saya saat ini hal-hal yang bisa menjadi nilai plus pada saat Slipknot tampil secara live hanyalah panggung besar dengan tata lampu dan suara yang megah, hidraulik pada drum Joey Jordison dan perkusi Shawn Crahan, dan festival-festival musik berkaliber besar dan bergengsi yang selalu di-headlining oleh Slipknot.



Seperti yang saya lansir pada postingan sebelumnya, Jim Root memberikan sebuah kode berupa foto tentang Slipknot yang sedang rekaman untuk album terbarunya yang rencananya akan dirilis pada tahun 2014. Hal ini tentu menimbulkan dua tanda tanya besar, “Akan terdengar seperti apa Slipknot pada album barunya? Apakah album tersebut bisa menandingi ‘kebuasan’ empat album sebelumnya?”



Well, we’ll see..

                                                                                                                             

Friday, January 10, 2014

Kode Jim Root Untuk Album Baru Slipknot


Seluruh fans Slipknot di dunia nampaknya saat sedang dibuat bingung sekaligus bahagia oleh beberapa hal yang dilakukan oleh band asal Iowa, Amerika Serikat tersebut.

Pasalnya, pada akhir Desember 2013 lalu, sebuah berita yang menggemparkan dunia, di-post oleh situs resmi Slipknot yang berisi tentang pengunduran diri Joey Jordison sang drummer. Tentunya hal ini membuat para fans kecew karena beberapa bulan sebelumnya, Corey Taylor sang vokalis berkata bahwa 2014 akan menjadi tahun rilis album terbaru Slipknot setelah terakhir merilis album pada tahun 2008 lalu. Dengan hengkangnya Joey Jordison, tak bisa dipungkiri lagi, banyak fans yang berasumsi bahwa Slipknot membatalkan perilisan album baru tersebut. Berita pengunduran diri Joey Jordison juga bertentangan dengan pernyataannya kepada Loudwire pada Juli 2012 bahwa sang drummer sudah menciptakan 40 buah lagu untuk album-album Slipknot berikutnya.

Bagaikan pelangi yang muncul setelah hujan badai, Joey Jordison mengumumkan statement melalui halaman Facebook resminya yang menegaskan bahwa dirinya tidak mengundurkan diri dari band yang mengisi hari-harinya selama 18 tahun terakhir. Hal ini tentu menjadi obat mujarab untuk menyembuhkan kekecewaan para fans. Namun, banyak pihak yang berpendapat bahwa Joey Jordison sebenernya dipecat oleh Slipknot dengan alasan pengunduran diri, namun tak sedikit juga yang berpendapat bahwa hal ini sengaja dibuat oleh Slipknot untuk mendobrak sensasi album baru mereka.

Kemarin, Jim Root sang gitaris mengunggah sebuah foto dirinya sedang memegang gitar Fender-nya di dalam sebuah studio rekaman lewat akun Instagram-nya dengan hashtag singkat, padat, dan jelas : #Slipknot2014

#Slipknot2014


Sebuah kode yang sangat kuat bukan? Semoga album baru mereka dapat diselesaikan dan dirilis secepatnya kepada para maggots yang sudah 'kehausan' selama 6 tahun menunggu karya selanjutnya dari sang idola.