The Official Flyer |
Perjalanan saya waktu itu dimulai dengan saya membeli
sebotol jus jeruk di sebuah mini market di dekat rumah saya. Suatu pagi dengan
cuaca yang cukup panas, saya awali dengan menaikki angkot jurusan Cileungsi.
Waktu menunjukkan pukul 09.20 WIB saat saya berada di dalam angkot tersebut.
Sebuah perjalanan yang cukup panjang dari Ciangsana, Bogor, menuju Bulungan,
Jakarta Selatan akan saya hadapi dengan teriknya panas matahari dan playlist album “Perang Neraka Bumi” dari
Dead Vertical melalui iPod yang saya
simpan di kantong jins saya. Saya akan mendatangi sebuah acara bertajuk
“Godzilla : 20th Years of Agression” yang merupakan acara perayaan
ulang tahun ke-20 dari band death metal
ibukota bernama Godzilla yang diadakan di Bulungan Outdoor. Mendatangi acara
tersebut sudah saya rencanakan bersama teman-teman dari band hardcore saya Hatred dari satu bulan
sebelumnya. Maka dari itu saya sudah menyusun rencana rute angkutan umum dari
rumah saya di kawasan Ciangsana menuju Bulungan. Pilihan yang jatuh kepada
sebuah bus jurusan Cileungsi – Blok M yang sebelumnya pernah melintas di depan
saya ketika saya berangkat ke studio latihan.
Tepat pukul 10.00 WIB, saya menapakkan kaki di prapatan
Cileungsi untuk menunggu kehadiran sang bus. 30 menit berlalu dan bus itu belum
terlihat, lalu saya membeli sebotol jus jeruk lagi mengingat panasnya cuaca dan
saya hanya ditemani oleh topi loreng milik ayah saya. Botol jus jeruk itu sudah
habis 15 menit yang lalu, dan bus itu belum melintas juga. Saya bertanya ke
sebuah pedagang asongan tentang eksistensi bus keparat tersebut, dan beliau
menjawab bus tersebut melintas hanya 2 jam sekali, dan bus tersebut baru
berangkat sekitar jam 10. Damn! Jadi
ketika saya turun dari angkot, bus tersebut baru mengangkat jangkar. Saya
melakukan brainstorming selama
beberapa saat, dan setelah Departemen Pengambil Keputusan di otak saya sudah
memberikan hasil rapat selama 5 menit, saya memutuskan untuk menaikki angkot
121 jurusan Cileungsi – Kampung Rambutan yang melintas setiap saat.
15 menit kemudian angkot tersebut memasuki pintu tol Cibubur
dan hanya 15 menit dari pintu tol Cibubur, angkot tersebut sudah berhenti di
sebuah tempat bertuliskan “Terminal Kampung Rambutan”. Saya membeli sebotol air
mineral untuk membasahi kerongkongan dan menunggu bus jurusan Kampung Rambutan
– Blok M. Alhamdulillah, tepat di saat botol air mineral tersebut kosong, bus
yang saya tunggu-tunggu itu melintas dan berhenti di depan wajah saya. Tanpa
ragu, bus kosong tersebut saya tumpangi dengan hati yang lega. Selama
perjalanan, bus tersebut hanya ditumpangi oleh segelintir orang yang naik-turun
sepanjang perjalanan. Memang perjalanan tersebut sangat panjang dan dihiasi
dengan kemacetan ibukota sehingga perjalanan tersebut benar-benar terasa abadi.
Kramat Jati, Cililitan, Kalibata, dan Mampang menjadi daerah-daerah yang saya
lintasi di bangku panjang di bagian belakang bus tersebut. Setelah kurang lebih
sekitar 2 jam duduk di bus tersebut, akhirnya saya menapakkan kaki di terminal
Blok M dan berjalan kaki sepanjang sekitar 100 meter menuju Gelanggang Remaja
Bulungan atau yang lebih dikenal dengan Bulungan Outdoor. Saat berjalan kaki
santai tersebut, saya melintas tepat di depan SMAN 6 Bulungan dan terdapat
banyak karangan bunga bertuliskan “Turut berduka cita atas meninggalnya Alawi”
seorang siswa kelas X SMAN 6 Bulungan yang menjadi korban tawuran oleh siswa
SMAN 70 Bulungan. Di dekat bundaran dengan patung tangan itu, terdapat sebuah
spanduk putih yang berisi tulisan-tulisan tangan para siswa-siswi SMAN 6 dan 70
Bulungan yang menentang tawuran. Ketika
saya sampai di sebelah Gelanggang tersebut, saya mampir ke sebuah tempat soto
ayam untuk mengisi perut. Semangkuk soto ayam, sepiring penuh nasi putih, dan
segelas es teh manis tersebut berharga 12 ribu rupiah dan saya segera menuju
‘neraka jakarta’ itu.
Sudah mulai terdengar dentuman drum dan distorsi gitar yang
menggelegar. Saya memasuki gerbang dan disitu terdapat banyak sekali metalhead ber-atribut hitam-hitam yang
sedang menunggu gate dibuka, dan
didepan gate banyak pula terdapat
penjual kaos-kaos metal bertuliskan akar, emblem, stiker, dan poster metal.
Saya menghampiri petugas di booth
yang terletak di sebelah gate dan
ingin membeli tiket. Dia berkata bahwa gate
belum dibuka dan akan dibuka sekitar 30 menit lagi. Lalu, meningat 2 botol
jus jeruk, 1 botol air mineral, dan 1 gelas es teh manis yang saya minum selama
perjalanan, saya meminta izin untuk membuang air kecil, dan sang petugas
berkaos Siksa Kubur tersebut mengizinkan saya masuk ke area stage dan menunjuk ke arah toilet.
Setelah lega membuang air kencing, saya memutuskan untuk menghampiri stage dan duduk di sebelah kiri stage, tepatnya di sebelah ring tinju
khas Bulungan Outdoor. Saya menyaksikan Paper Gangster yang sedang soundcheck sambil ber-Twitter ria.
Setelah Paper Gangster selesai soundcheck,
terdapat beberapa panitia yang naik ke atas panggung dan berkata “Yang bukan
panitia, tolong keluar area stage.
Terimakasih.” Mendengar perkataan itu, saya keluar area stage dengan penuh kesadaran diri. Waktu untuk menunggu gate dibuka saya gunakan untuk mencuci
mata dengan kaos-kaos, stiker, emblem, dan poster yang mengunggah selera.
Sayangnya, dompet saya ketika itu hanya berisi 60 ribu rupiah : 30 ribu untuk
membeli tiket, dan yang 30 ribu lagi untuk persiapan pulang dengan selamat.
Dengan sedikit rasa kecewa, tepat pukul 14.00 WIB, gate tersebut dibuka dan saya segera mengantri untuk membeli tiket
seharga 30 ribu rupiah dengan bonus 2 stiker itu.
Setelah saya masuk ke area Bulungan Outdoor, saya langsung
duduk di sebelah kanan depan panggung bersama para metalhead berbaju hitam-hitam. Tak lama berselang, muncul seorang
pria dengan celana loreng pendek dan kaos Noxa. Dia berkicau di atas panggung
saat para penonton yang sedang duduk santai tersebar di seluruh area Bulungan
Outdoor. Dia adalah Allay Error sang MC.
Dan disitulah pertama kali saya mendatangi sebuah acara yang dipandu olehnya.
Setelah membaca dan menyebutkan sponsor yang mendukung acara tersebut, Lalu
memanggil nama “Abgotter!” band pertama di acara tersebut. Sebuah band death metal asal Jawa Tengah yang sangat
memprihatinkan. Bukan musik atau permainannya, namun hanya ada 4 metalhead yang moshing ketika mereka menggempur stage. Lalu band-band selanjutnya adalah band-band death metal serupa, namun mata saya
tertuju pada Burn. Sebuah band hardcore
Ibukota yang memiliki lagu-lagu yang apik untuk di-beatdown. Tak lama setelah Burn turun dari panggung, teman saya
Shandy yang merupakan bassis dari band saya yang bernama Hatred, mengatakan
lewat SMS bahwa dia dan temannya sudah ada di dalam area Bulungan Outdoor.
“Oke” jawab saya lewat SMS pula. Lalu saya segera mencari Shandy ke bagian
belakang sebagaimana yang dia beritahu kepada saya lewat SMS.
Dan munculah Shandy dengan kaos Outright dan seorang
temannya yang bernama Andi. Setelah berjabat tangan, kami duduk di pinggir kiri
di dekat tembok. Lalu saat mengobrol, teman saya yang bernama Bagus yang
merupakan vokalis Hatred muncul di hadapan saya dengan kepala botak dan kaos
Noxa. Ya, jika dilihat dari belakang memang sangat mirip dengan Tony sang
vokalis Noxa, namun dengan tubuh yang lebih tinggi. Bagus datang bersama Eman,
Kojel, dan Bang Ading yang merupakan saudara-saudaranya. Dan kami pindah ke
bagian belakang dekat tembok untuk mengobrol. Ditengah asyiknya pembicaraan,
terlihat seseorang bertubuh tambun yang tidak asing bagi saya dan teman-tema.
Dia adalah Dipa yang baru keluar dari toilet, sang bassis dari band grindcore Ibukota, Noxa. Noxa menjadi
salah satu headliner dalam acara
tersebut. Sekitar pukul 16.30, Allay Error meneriakan nama “Aaarghhh!” sebuah
band dengan nama yang cukup aneh untuk diucapkan. Mereka adalah band death metal yang lagunya cukup asyik
untuk di-headbang. Penampilan mereka
sangat eksentrik. Terbukti saat sang vokalis melilitkan ular cobra
kesayangannya saat bernyanyi dengan tanpa kaos, dan saat jeda di antara satu
lagu dan lagu selanjutnya, ia berkata “Woi yang duduk bangun dong, pokoknya
yang gak berdiri berarti kalian gak punya k*ntol!”. Tanpa ragu-ragu saya
berdiri demi membuktikan kejantanan saya. Setelah Aaarghhh! tampil, sang MC
Allay Error memanggil nama “Invictus!”. Mendadak hampir semua metalhead yang duduk berdiri dan merapat
ke depan panggung. Saya bertanya-tanya “Apa spesialnya band ini?” lalu saya pun
ikut merapat ke depan panggung. Dari lagu-lagu yang mereka bawakan, saya bisa
meng-identifikasi bahwa mereka adalah band ber-genre progressive death metal
dengan sedikit nuansa oldschool death
metal yang terdengar seperti Death atau Atheist. Personilnya terlihat
sudah berumur dan kebanyakan dari mereka berwajah timur tengah.
Adzan berkumandang, acara tersebut break, dan saya segera melaksanakan sholat Maghrib. Saat saya
kembali ke area panggung, ternyata giliran Umbra Mortis yang sedang menghibur
para penonton yang sedang beristirahat dengan lagu-lagu power metal nya. Terdengar nuansa Dragon Force dalam musik yang
mereka bawakan. Setelah Umbra Mortis selesai membuat penonton terpukau dengan
suara melengking sang vokalis, Allay Error memanggil nama “Dead Vertical!” dan
saya segera merapat ke tengah dan berada di paling depan barikade. Band grindcore Ibukota tersebut memulai
aksinya dengan lagu “Selamat Datang di Pantai Neraka” dan mendadak para metalhead di Bulungan Outdoor menggila,
begitupun saya yang mulai ber-headbang.
Lagu-lagu seperti “Washing The Red”, “Belantara Berdarah”, dan “Inti Petaka”
menjadi setlist Dead Vertical pada
malam itu. Penampilan mereka ditutup dengan lagu “Benteng Terakhir” yang
berhasil menggerinda telinga para penonton. Setelah Dead Vertical, Allay Error
kembali naik ke atas panggung, membacakan sponsor, dan memanggil nama “Paper
Gangster!”. Sebuah band hardcore asal
depok yang memiliki musik yang bernuansa negative
hardcore dengan banyak di isi oleh ritem drum grinding.metalhead
menggila. Siksa Kubur merupakan salah satu tujuan saya menempuh jarak kurang
lebih 40 kilometer. Saat mereka menyiapkan alat tempurnya, saya memperhatikan
Adit sang drummer, dan saat ia melihat wajah saya berada di depan barikade, ia
menyapa saya dengan salam 2 jari metalnya. Sebelumnya saya pernah bertemu
dengan beliau di kantor ayah saya saat saya menjadi pengisi acara Drums Day
2012 di Chic’s Musik. Penampilan Siksa Kubur dibuka dengan suara rekaman puisi
yang dibacakan oleh Man sang vokalis Jasad, yaitu lagu “Burung Bangkai” yang berhasil
menyihir saya dan ratusan metalhead
lainnya dengan lagu berdurasi 10 menit itu. Lagu kedua adalah “Merah Hitam
Hijau” sebuah lagu yang didedikasikan untuk almarhum Rio Rottrevore sang
pemilik record label untuk para band death metal tanah air, Rottrevore
Records.
The fucking crowd in the fucking pit! |
Dead Vertical on the fucking stage! |
Siksa Kubur on the fucking stage! |
No comments:
Post a Comment