Flyer resmi "Hai Day Celebrating Youth 27-28 Oktober 2012" |
Rupanya beberapa jam yang lalu
Senayan diguyur hujan. Terbukti saat saya mengantri untuk membeli tiket masuk,
tanah yang saya injak terasa lembab dan udaranya cukup sejuk. Ticket box
tersebut berhadapan dengan kurang lebih 200 orang yang didominasi oleh pelajar
dan saya berada di paling belakang diantara mereka. Jam casio g shock saya
mengatakan bahwa saat itu pukul 17.30. Saya mengantri untuk tiket seharga 15
ribu sambil di iringi oleh penampilan dari Pee Wee Gaskins yang bercampur
dengan lagu reggae yang diputar di dalam ticket box. Dengan perlahan-lahan saya
dan "pasukan pengantri tiket" yang berada di belakang saya maju senti
per senti hingga kami berhenti total saat sudah 5 meter di depan ticket box.
Keringat dan oksigen yang menipis karena berjubel, mengalahkan udara sejuk yang
saya nikmati saat baru sampai. Di kanan dan kiri saya terlihat remaja seumuran saya
yang sedang asyik menikmati sebatang rokok. Dan setelah saya lihat ke belakang
dan sekitarnya, hanya saya yang tidak merokok dan para wanita yang sedang di
nodai paru-paru mereka oleh asap rokok sang pacar. Tidak jarang juga wanita seumuran saya yang menghisap rokok bersama para perokok wanita di
sampingnya. Kesabaran para "pasukan pengantri tiket" mulai terbakar
perlahan dan beberapa di antara mereka mulai bertanya-tanya apa yang sedang
terjadi.
'Ticket box nya tutup ya bang?'
tanya seorang berkemeja merah.
'Gak tau deh, bisa jadi.' jawab saya
sambil mendongakkan kepala untuk melihat ticket box.
Dan ternyata benar, ticket box
keparat itu tutup. Perjuangan saya selama 30 menit berdiri terasa
sia-sia.
'Iya bener bang tutup tuh. Kenapa
ya?' tanya saya sambil menengguk sebotol air mineral.
'Kayaknya sih di dalem udah penuh.
Takut rusuh kali kalo pada kedalem semua.' jawab dia dengan sok tahu.
Beberapa menit kemudian, ada
seseorang berjaket biru datang dari arah gate menuju antrian,menemui temannya
dan berkata 'Gua barusan tanya panitia, katanya ticket box gak akan dibuka
karena di dalem udah penuh banget.'
Damn! ternyata perkataan si kemeja
merah benar!
Mendengar perkataan si panitia yang
disampaikan, "pasukan pengantri tiket" mulai berteriakan.
'woy buka, anjing!' 'itu yang di
dalem lagi boker ya?' kira-kira kata-kata sejenis itulah yang dilontarkan oleh
para "pasukan pengantri tiket". Saya hanya bisa diam, berharap
kebijakan dari panitia untuk membuka ticket box, dan menghabiskan sebotol air
mineral yang saya beli seharga 5 ribu (ya, untuk event-event kaliber besar
seperti Hai Day para pedagang asongan menaikkan harga minuman, rokok, permen
hingga hampir 100%). Tinggal sedikit lagi kesabaran kami terbakar, namun
akhirnya panitia membuka ticket box tersebut. Saat itulah saya benar-benar
berjuang mempertahankan antrian saya. Karena orang-orang yang mengantri
dibelakang saya berusaha untuk menyelak antrian dengan sikap kampungan mereka.
Oh, tidak semudah itu, saya rela membodi mereka agar saya tetap berada pada
antrian.
10 menit kemudian saya berhadapan
dengan sang penjual tiket dan saya memberikan 15 ribu rupiah kepadanya. Mereka
pun memberikan saya sebuah majalah Hai sebagai tiket masuk. Untuk keluar dari
"antrian neraka" tersebut pun memerlukan banyak keringat untuk
dikuras. Dengan susah payah, akhirnya saya berhasil menghirup udara segar
sejenak sambil memanjakan mata dengan melihat kaos-kaos metal yang dijual di
luar gate.
Sudah puas mendapatkan beberapa foto
di area grafiti, saya melancong ke arah Mini Jakcloth dengan membawa seekor
kamera di tangan kiri saya. Ketika sedang melihat isi beberapa booth, seseorang
memanggil nama saya. 'Nuris, sini deh.' Seorang pria bernama Eric yang
merupakan teman SMP yang barusan memanggil saya. Ketika saya tersenyum dan
hendak menjabat tangannya, dia pun menjabat tangan saya sambil menarik saya
kearah taman tempat para pengunjung beristirahat. 'Lo bisa main metal kan?'
tanya Eric dalam perjalanan menuju taman yang berada di belakang Mini Jakcloth.
'Uh, bi-bisa.' jawab saya dengan setengah bingung. Lalu sesampainya di taman
tersebut, saya melihat 2 orang cewek dan 4 orang cowok termasuk saya dan Eric.
Eric memperkenalkan saya dengan Filo, salah satu teman Eric yang sedang mencari
seorang drummer untuk band metalcore-nya. Filo berkata bahwa dia sudah
meng-add akun Facebook saya, tetapi saya sedikit lupa. Lalu, sambil
mengobrol dengan Filo saya melihat Eric sedang menyalakan sebatang rokok dan
saat saya melihat sekeliling, disitu juga terdapat satu teman SMP saya bernama
Tangguh yang juga sedang merokok. Yes, they used to be non smokers when they
were in Junior High School, tetapi saya tidak heran mengapa mereka sekarang
menjadi perokok. Banyak teman SMA saya yang berkata bahwa mereka bukan perokok
saat masih SMP, namun saat masuk SMA, mereka tergoda oleh pergaulan bebas yang
ditawarkan pada masa-masa SMA. Dan saya sangat bersyukur bahwa (entah mengapa)
ketika saya ingin mencoba merokok ataupun minum minuman beralkohol, saya
seperti memiliki protektor di dalam hati saya yang selalu membisikkan saya
untuk menghindarinya (gaya lu ris :p). Ok, back to the topic.
Tidak beberapa lama, terdengar suara
MC di main stage yang memanggil nama Killing Me Inside, dan Eric segera pamit
kepada saya, Filo,dan Tangguh untuk menyaksikan penampilan Killing Me Inside.
Lalu saya melanjutkan perbincangan dengan Filo dan Tangguh selama beberapa saat
hingga saya harus pamit kepada mereka untuk melaksanakan solat maghrib dan
berniat untuk kembali ke taman tersebut.
Saya bertanya-tanya kepada sejumlah
security untuk mengetahui lokasi musholla, dan mereka mengatakan bahwa musholla
terletak jauh di bagian belakang parkir timur. Tak apalah, sekalian memanjakan
mata dengan sejumlah fasilitas yang disediakan oleh Hai Day termasuk area Crooz
Ride With Pride, yaitu sebuah skatepark mini yang digunakan untuk kompetisi
skateboard yang dilaksanakan pada siang harinya. Saat itu terlihat beberapa
skater yang meluncur lihai dengan trik-trik mereka yang membuat saya terkagum
sejenak. Tetapi waktu sudah menunjukkan pukul 18.45, itu berati saya harus
buru-buru menuju musholla agar tidak kehabisan waktu solat maghrib saya. Saat saya
sampai di musholla, saya merasa prihatin melihat kondisi musholla yang kotor
dan sepi, seakan-akan hanya dikunjungi oleh segelintir dari ribuan remaja yang
datang ke acara itu. Tapi saya hanya bisa menggelengkan kepala, mengambil
wudhu, dan solat.
Setelah solat, saya berniat untuk kembali ke taman dan bertemu ketiga teman saya
itu. Tapi, apa daya? Killing Me Inside lebih menarik perhatian saya, dan saya
masuk ke area main stage dan berada di samping kanan di bagian tengah. Saya
tidak familiar dengan lagu mereka, tetapi saya tetap merasa terhibur. Hingga
mereka mencapai daftar lagu ke 6 yang berjudul "Biarlah". Tentu saja saya
familiar dengan lagu ini, karena lagu Killing Me Inside yang video klip nya
muncul di tv nasional hanya lagu ini. Dan yang saya pertanyakan adalah 'kenapa
harus lagu "Biarlah" yang hanya "diledakkan" ke publik? apakah
lagu "The Tormented" tidak cukup berkualitas untuk
"diledakkan" ke publik?' Jawaban cukup sederhana, ini karena musik mainstream
di dunia (bukan hanya di Indonesia) yang sedang hancur lebur dan mengalami
krisis kualitas. Dan lagi-lagi saya melantur. hehehe Ok, back to the topic.
Pada lagu sebelumnya, hanya para
fans Killing Me Inside dan segelintir orang awam yang melakukan sing along,
tapi saat lagu "Biarlah" dimainkan, hampir semua orang yang di area
Main Stage melakukan sing along. Bahkan saya pun terhipnotis oleh ritem groovy
yang ditampilkan mereka dalam lagu "Biarlah". Jam saya berkata bahwa
saat itu menunjukkan pukul 19.20 dan lagu "The Tormented" menjadi
lagu penutup untuk penampilan Killing Me Inside di Hai Day 2012. Di akhir lagu
"The Tormented", Onad mengucapkan terimakasih kepada penonton dan
menyebutkan satu per satu anggota band-nya lalu mereka satu per satu melakukan
solo instrumen.
"Jeeeet" berakhirlah
penampilan Killing Me Inside. Beberapa fans Killing Me Inside keluar dari area
Main Stage dan saya memanfaatkan momen ini untuk maju lebih ke depan. Setelah
beberapa langkah, saya dikalahkan oleh para wanita fans Maliq &
D'Essentials yang ingin berada depan barikade. Saya mengalah dengan senang hati,
karena tujuan utama saya datang ke Hai Dai adalah untuk menyaksikan penampilan
Burgerkill. Dan saya tau bahwa Burgerkill main setelah Sheila On 7. Kali ini crowd
di dominasi oleh para remaja wanita yang sedang menanti kehadiran para personil
Maliq & D'Essentials. Dan setelah beberapa iklan di putar di LED Screen
yang juga berfungsi sebagai backdrop, Salah satu MC muncul dari belakang
panggung. Dia memakai kacamata dengan frame tebal, topi, kaos, celana pendek,
dan sepatu Vans. Ya, dia adalah Adit yang merupakan seorang mahasiswa jebolan
universitas yang bernama "MTV Insomnia". Adit adalah seorang VJ yang
selalu didampingi oleh sidekick-nya VJ Surya. Namun entah masalah apa,
dia hanya muncul sendiri. Dan dia memanggil rekannya Ghofur, yang sedang berada
di area drifting Honda Brio. Ghofur mencoba kelincahan Honda Brio, lalu Adit
bertanya keunggulan Honda Brio kepada Ghofur. Ya, ini adalah bagian dari
kewajiban MC untuk sang sponsor utama Honda Brio yang pasti men-support acara
tersebut dengan dana maksimal. Lalu tak berapa lama, Ghofur naik ke atas stage
dan mereka membacakan list sponsor dari acara tersebut, lengkap beserta list
pengisi acara. Terlihat salah satu crew bolak-balik membawa perkusi dan
timbalis ke atas panggung. Dan sambil menunggu persiapan alat-alat untuk Maliq
& D'Essentials, MC pun berceloteh dengan bumbu komedi untuk menghibur
penonton. Sekitar 30 menit kedua MC tersebut melawak, dan nama Maliq &
D'Essentials pun dipersembahkan kepada penonton, lalu satu per satu personil
muncul dari belakang panggung dan menyapa crowd. Saat 10 personil Maliq
& D'Essentials (2 Lead Vokal, 2 Backing Vokal, 1 Perkusionis,1 Drummer, 1
Gitaris, 1 Bassis, 1 Saxophone, dan 1 Keyboardis) sudah berkumpul di atas
panggung, suara teriakkan penonton wanita mendominasi area Main Stage. Ya,
sambutan yang luar biasa untuk Maliq & D'Essentials. Lagu pertama yang
berjudul “Penasaran” dimainkan dengan ritem funk
dan sentuhan disko. Lalu mereka cukup familiar untuk telinga saya. Mungkin
karena lagu-lagu dari Maliq & D'Essentials merupakan pelanggan tetap untuk
daftar lagu yang diputar di radio-radio. Mereka memperkaya penampilan dengan
koreografi pada bagian-bagian lagu tertentu yang membuat para penonton wanita
menggila secara tiba-tiba. Setelah memainkan 2 lagu, sang vokalis memberi
sambutan untuk penonton dan mengucapkan terimakasih kepada penyelenggara acara.
Lanjut lagu ketiga, lagu ini sangat familiar bagi saya. Karena sepertinya lagu
inilah yang membuat Maliq & D'Essentials dikenal masyarakat. Ya, lagu ini
berjudul “Dia”. Pada lagu keempat, lagu berirama disko dimainkan oleh mereka,
lengkap dengan koreografinya. Dan lagi-lagi, para penonton wanita menggila
dengan berjingkrak-jingkrak mengikuti ritem disko sang drummer. Saya pun tak
kuasa menahan kepala saya untuk mengangguk-angguk mengikuti irama tersebut.
Beberapa lagu yang saya gak tau judulnya dimainkan oleh Maliq &
D'Essentials, hingga sampai pada suatu lagu yang mengingatkan saya kepada Ben
Kasyafani yang sedang mengendarai motor dalam video klipnya. Lagu ini kalo
tidak salah berjudul “Pilihanku”. Hampir semua yang berada di kawasan Main
Stage melakukan sing along pada saat
reff. Setelah “Pilihanku”, Maliq & D'Essentials pamit kepada penonton dan
memainkan lagu terakhir mereka. Lagi-lagi saya gak tau judulnya. Dan Maliq
& D'Essentials pun turun dari stage.
Adit dan Ghofur kembali mengambil
alih perhatian penonton yang beberapa dari mereka mulai meninggalkan area Main
Stage. Kesempatan ini kembali saya gunakan untuk maju lebih ke depan, agar pada
saat Burgerkill ugal-ugalan di atas panggung, saya udah siap di barisan paling
depan. Adit dan Ghofur kembali menyebutkan nama-nama sponsor yang mendukung Hai
Day serta lineup band yang sudah dan akan tampil. Sambil menunggu Sheila On 7
mempersiapkan alat tempur mereka, sang duo MC menghibur penonton dengan
lelucon-lelucon yang mengocok perut. Lalu beberapa saat kemudian, kuis yang
dipersembahkan oleh Nescafe dimulai. Adit dan Ghofur mencari penonton yang memiliki
handphone paling jadul. Lalu ditemukanlah seorang laki-laki pelajar yang
menggunakan handphone Nokia 3310. Dan sebagai hadiahnya, Adit dan Ghofur
memberikan sebuah tas karton bertuliskan Nescafe yang saya gak tau apa isinya.
Lalu akhirnya para crew telah selesai mempersiapkan senjata untuk Sheila On 7.
Adit dan Ghofur memanggil nama mereka dengan berbarengan “Sheila On 7!”. Satu
per satu personil Sheila On 7 naik ke atas panggung, dan sama seperti band-band
sebelumnya, mereka menyapa crowd.
Lalu para penonton wanita kembali menggila saat Duta sang vokalis muncul dari
belakang panggung, dan menyapa mereka. Huh, enak sekali jadi artis ya?
Sudahlah, kembali ke topik. Tanpa basa-basi Eros memainkan ritem
gitar lagu “Sahabat Sejati”. Sheila On 7 adalah salah satu band favorit saya
saat berumur 3 tahun. Jadi gak heran kalo saya ikutan nyanyi, itung-itung
mengenang masa kecil lah. Lagu pertama selesai dan hanya jeda beberapa detik,
Eros langsung memainkan “Seberapa Pantas”. Lagi-lagi saya sing along. Apalagi pada saat reff yang ritemnya nge-beat. Pada
saat lagu kedua selesai ditunaikan, Duta memberi sambutan seperti
vokalis-vokalis dari band yang tampil sebelumnya. Lagu ketiga kalo gak salah
berjudul “Hujan Turun”. Saya gak tau lagu ini karena kata Duta ini adalah lagu
dari album mereka yang dirilis pada tahun 2011. 2011? Saya udah gak ngikutin
Sheila On 7 lagi. Wajarlah kalo saya hanya diam,bengong, dan mencoba menikmati
lagu tersebut. Damn! Lagi-lagi lagu keempat berasal dari album baru. Saya
kembali diam dan bengong. Hingga sampai pada lagu terakhir, yang merupakan OST
dari film “30 Hari Mencari Cinta”. Lagu ini sangat meledak pada jaman saya SD
(sekitar tahun 2004), dan lagu ini berjudul “Melompat Lebih Tinggi”. Lagu ini
berhasil memicu adrenalin saya dan penonton lainnya untuk berjingkrak dan sing along. Lalu pada saat bagian interlude gitar, Eros berlutut dan
menaruh gitarnya di belakang kepalanya. Tidak mau kalah, Duta pun melakukan stage diving atau melompat ke arah
penonton. Cara mereka untuk menyelesaikan penampilan terlihat cukup unik, yaitu
meninggalkan panggung secara bergantian. Dimulai dari Duta,Eros,Adam, dan
terakhir Brian melakukan solo drum sejenak, lalu meninggalkan stage.
Berakhirlah penampilan Sheila On 7
dengan tepuk tangan bertubi-tubi yang diberikan penonton. Saya merasa bahagia
karena saya pikir setelah Sheila On 7, yang akan tampil adalah Burgerkill.
Karena saat duo MC kembali berceloteh, terlihat para crew men-set up drum milik Andris sang drummer
Burgerkill. Lalu apa daya? Setelah kurang lebih 30 menit Adit dan Ghofur
melawak, nama yang dipanggil adalah “The S.I.G.I.T”. Kali ini saya berada di
barisan kedua dari depan barikade. Tampilan mereka sangatlah Rock n’ Roll dengan rambut gondrong,
celana ketat, dan jaket kulit. Jujur saya belom pernah sama sekali mendengar
lagu The S.I.G.I.T, jadi saya pun tidak terlalu bersemangat untuk menonton
mereka. Saya hanya diam dan mencoba menyisakan energi untuk Burgerkill. Namun,
orang-orang disekeliling saya terlihat seperti kerasukan setan saat menikmati
lagu The S.I.G.I.T. Ada pula remaja pria setengah mabuk yang mendongakkan
kepalanya dengan mata setengah terbuka dan menyanyikan potongan-potongan lagu
The S.I.G.I.T. Tetapi saya salut dengan The S.I.G.I.T, karena walaupun musik
mereka yang cukup sederhana, namun dengan power
dan karisma masing-masing personil, The S.I.G.I.T mampu menyihir penonton untuk
menggila selama 8 lagu. “Jeeeet” berakhirlah penampilan dari The S.I.G.I.T.
Beberapa penggemar The S.I.G.I.T
yang berada di depan barikade satu per satu meninggalkan area main stage, dan
merupakan sebuah kesempatan saya untuk berada di paling depan. Lagi-lagi duo MC
tersebut kembali naik ke atas panggung dan melawak. Dan saat itu secara tidak
sengaka saya melihat ke belakang untuk mengecek seberapa banyak penonton yang
akan moshing pada saat Burgerkill
menghajar panggung. Saya terkejut dengan ribuan orang-orang berkaos hitam yang
mengambil alih crowd. Sempat terpikir
oleh saya untuk ikutan moshing,
tetapi mengingat banyaknya orang dan tragedi AACC, niat tersebut saya urungkan.
Lalu saya melihat kaos saya yang juga berwarna hitam dan bertuliskan “Dead
Vertical”. Ya, saya adalah bagian dari segerombol pasukan berkaos hitam
tersebut. Satu per satu crew Burgerkill menyiapkan alat-alat para personil.
Saat semuanya sudah siap, Adit dan Ghofur menyebutkan daftar pengisi acara
untuk besok , pamit kepada crowd ,
dan mereka berteriak “Burgerkill!”. Abah muncul dari backstage menuju drumnya sambil menyapa crowd dengan salam metal dua jarinya. Begitupun dengan Ramdan, Eben
dan Agung. Tak berapa lama, Agung memainkan ritem lagu “Atur Aku” dan Vicky
sang vokalis muncul dari backstage
dan menyapa crowd. Crowd mendadak
menggila saat Andris memainkan beat oldschool
punk pada intro lagu “Atur Aku”. Saya pun memanfaatkan momen tersebut untuk
ber-headbang ria. “Satu langkah,
kedepan dan tetap lurus. Panggil aku keras kepala dan bodoh.” Seperti itulah
saya berteriak untuk sing along
bersama para metalhead di samping kanan dan kiri saya. Setelah “Atur Aku”,
Vicky sang vokalis berteriak “Under The fuckin’ Scars!” dan Agung kembali
membakar penonton dengan ritem gitar “Under The Scars”. Saya dan ribuan
penonton lainnya pun menggila dan headbang
mengikuti dentuman sang drummer dan tak lupa untuk sing along. Beberapa lagu selanjutnya saya nikmati dengan cara yang
hampir sama, yaitu headbang, sing along, dan
istirahat sejenak. Beberapa lagu tersebut adalah “Penjara Batin”, “Shadow of
Sorrow”, “House of Greed”, dan sisanya saya sedikit lupa. Yang saya ingat
adalah lagu terakhir berjudul “Only The Strong” dipersembahkan oleh Burgerkill
untuk saya dan ribuan metalhead lainnya. Dengan berakhirnya lagu tersebut maka
berakhir pula acara Hai Day pada hari itu, dan dilanjutkan esok harinya dengan
pengisi acara Seringai, Deadsquad, dll.
Dengan leher yang sakit karena headbang saya keluar dari area main
stage dengan berjalan santai dan jam menunjukkan pukul 23.43 WIB. Sesampai saya
disebuah gerobak penjual minuman, saya membeli sebotol air mineral dengan pita
suara yang sudah hampir habis karena sing
along beberapa waktu yang lalu. Memang sebuah malam yang sangat
menyenangkan. Sempat terpikir oleh saya untuk kembali datang esok hari untuk
menyaksikan Seringai dan Deadsquad. Namun, dengan kondisi tubuh saya saat itu
tidak mengizinkan saya untuk kembali menyakiti leher dan menyiksa pita suara
saya.
No comments:
Post a Comment