Jadi ceritanya hari ini saya bangun pagi dengan mata melotot. Bukan. Bukan karena ngompol, tapi karena hari ini UN Matematika. Sebagaimana yang kita ketahui, untuk urusan Matematika, kecerdasan saya tak perlu diragukan lagi. Saking cerdasnya, sampai-sampai saya diberi gelar "Siswa Ter-Tolol Untuk Pelajaran Matematika" dan Alhamdulillah gelar tersebut masih saya pertahankan hingga sekarang.
Karena kemarin saya datang ke sekolah terlalu pagi, maka hari ini saya sengaja berangkat ke sekolah pukul 05.30. Dan ternyata saya kembali menjadi manusia pertama yang menginjakkan kaki di SDN 02 Nagrak. Waktu menunjukkan pukul 06.10 dan saya masih planga-plongo seorang diri di depan kelas, hingga 10 menit kemudian, teman-teman saya datang satu per satu. Topik obrolan pagi itu masih seputar kunci jawaban. Salah seorang teman yang kemarin berjanji untuk memberikan kunci jawaban kepada saya, tak kunjung datang hingga bel berbunyi. Akhirnya dengan kepasrahan maksimal, saya masuk kedalam kelas, berdoa, dan mulai mengerjakan soal Matematika. MATEMATIKA, SODARA-SODARA!
Ketika melihat soal pertama, dalam hitungan detik saya bisa merasakan adanya kontraksi di dalam perut saya. Ya.. Saya mules ketika baru melihat soal nomor 1. Setelah melihat keseluruhan soal, saya pun mengeluarkan busa dari anus. Saya cuma bisa mengerjakan 7 dari 40 soal. Itu pun belum tentu benar. Saya melihat keadaan sekitar dan seketika terlihat kesuraman yang teramat sangat. Teman-teman saya terlihat seperti anak-anak kekurangan gizi yang baru saja menelan pil koplo. Mereka planga-plongo dengan soal Matematika dihadapannya. Melihat tidak adanya kemungkinan untuk mendapat mukjizat, maka saya memutuskan untuk mengerjakan 33 soal yang tersisa dengan metode mengarang indah. Kertas coret-coretan saya pun random tiada tara. Saya pasrahkan semuanya kepada ALLAH SWT :')
Pukul 09.30, saya bersama teman-teman kurang gizi saya, keluar meninggalkan ruangan untuk beristirahat selama 1 jam. Wajah-wajah para pemegang kunci jawaban pun ternyata 11-12 dengan wajah-wajah kurang gizi. Ternyata kunci jawaban yang mereka agung-agungkan itu.. NGACO!!! Saya menunjukkan ekpresi berduka yang sangat dalam, dan bersyukur karena saya tidak ikutan beli kunci jawaban yang harganya setara dengan 5 kardus Indomie tersebut. Sejam kemudian, kami kembali masuk ruangan untuk mengerjakan Sosiologi.
Hanya ada satu kata yang bisa mendeskripsikan proses saya dalam mengerjakan Sosiologi : MERDEKA!!! Ya! Merdeka, sodara-sodara! Berkat doa dan 'darah' yang saya kuras dalam Sistem Kebut Seharian, Alhamdulillah saya dapat mengerjakan soal Sosiologi dengan mudah dan lancar.
Sesampai saya di rumah, saya kembali melaksanakan Sistem Kebut Seharian untuk pelajaran Bahasa Inggris dan Ekonomi. Saya tidak bisa fokus belajar karena kepikiran bagaimana nasib nilai Matematika saya nanti. Tapi di waktu yang bersamaan, saya juga bahagia karena besok adalah hari terakhir UN dan setelah itu saya bisa jingkrak-jingkrakan sepuasnya! Woohoo!
No comments:
Post a Comment