Replace Antara Idola dan Role Model

Friday, March 3, 2017

Antara Idola dan Role Model

Pada umumnya setiap manusia yang hidup dalam peradaban modern memiliki idola. Namun apakah idola bermakna sama dengan role model atau model peran?

Saya tidak akan menggunakan kutipan dari KBBI atau kamus lainnya, melainkan saya mencoba menerjemahkannya sendiri. Idola adalah subjek maupun objek yang dikagumi dan dipuja oleh individu atas penampilannya secara fisik, maupun atas kemampuannya dalam melakukan sesuatu. Sementara role model adalah subjek yang memiliki nilai-nilai dalam perilaku dan pemikiran yang dijadikan sebagai suatu acuan bagi individu.

Dalam tulisan saya yang berjudul Segerombol Konformis yang Latah dan Imitatif, saya mencoba memotret fenomena sosial secara sarkastik dimana banyak sekali individu-individu yang memiliki preferensi buruk,  tidak selektif, dan cenderung 'asal-asalan' dalam menentukan idola dan role model sehingga menghasilkan predikat imitatif, latah, konformis, dan poser. Idola dan role model mereka pun silih berganti akibat kecenderungan mereka yang selalu membuntuti tren.

Saya memiliki banyak idola. Scarlett Johansson, Anna Kendrick, dan Emma Watson saya idolakan atas ketertarikan secara fisik. Joey Jordison, Mike Portnoy, dan Travis Barker saya idolakan atas dasar kemampuan mereka dalam bermain drum. Rivers Cuomo, Matt Skiba, Dave Grohl dan Tom DeLonge saya idolakan atas keterampilan mereka sebagai pencipta lagu. Stephen King, Dan Brown, dan J.K. Rowling saya idolakan atas kemampuan mereka dalam menulis. Bung Karno, Fidel Castro, dan Mikhail Gorbachev saya idolakan atas gaya kepemimpinan mereka. Semuanya didasari atas penampilan fisik dan kemampuan dalam bidang mereka masing-masing.

Di antara idola-idola tersebut, hanya satu orang yang cukup relatable hingga saya jadikan seorang role model, yaitu Matt Skiba.


Saya telah menjadi seorang penggemar Matt Skiba jauh sebelum ia bergabung dengan blink-182. Ketika SMA, saya mendengarkan band-band hardcore punk and extreme metal, hingga suatu saat saya terdorong untuk eksplorasi ke berbagai genre, dari mulai punk rock, alternative rock, hingga fusion jazz. Dari sejumlah band yang saya 'buru' via YouTube, tiga band yang paling menarik perhatian saya dengan genre yang berbeda, yaitu Alkaline Trio (punk rock), Weezer (alternative rock), dan Chick Corea Elektric Band (fusion jazz).

Lagu dari Alkaline Trio yang pertama kali saya dengarkan, dan hingga saat ini masih menjadi favorit saya, adalah "Armageddon" dari album From Here to Infirmary yang dirilis pada 2001 silam. Secara musikal, Alkaline Trio mendongkrak adrenalin saya dan mengingatkan saya pada 'nyawa' dari band-band punk rock 80-an seperti Misfits dan Social Distortion, namun dengan sound yang lebih modern dan melodius. Secara lirikal, elemen horror punk sangat terasa kuat dengan tema-tema yang gelap, edgy, dan emosional di saat yang bersamaan.

Semenjak itu, saya mulai rajin browsing mengenai segala sesuatu tentang Alkaline Trio melalui internet dan menemukan bahwa orang dibalik lirik-lirik gelap Alkaline Trio adalah sang lokomotif Matt Skiba sebagai vokalis/gitaris. Dan saya mulai menggali internet lebih dalam, dengan fokus pencarian lebih spesifik, yaitu mengenai siapa sebenarnya Matt Skiba.

Setelah browsing secara intensif, saya menemukan beberapa hal menarik mengenai Matt Skiba:

1. Mengejar passion-nya
Masa remaja Matt Skiba adalah sebagai seorang anak punk rock dengan hobi bermain skateboard di kawasan Chicago, Amerika Serikat, yang memiliki ketertarikan terhadap dunia seni. Ia kemudian berkuliah jurusan Desain di Columbia College dan menyadari bahwa apabila ia menjadi seorang desainer profesional, maka ia harus berhadapan dengan komputer selama delapan jam sehari dan ia tidak menyukai hal tersebut.

Pada dasarnya, ia membenci desk job. Maka dengan tekad yang kuat, ia mengorbankan pendidikannya dan mulai berjuang mewujudkan impiannya untuk menjadi seorang punk rocker profesional. Pada 1996, ia membentuk sebuah band bernama Alkaline Trio dan bertanggung jawab atas pilihannya dengan mulai bekerja sebagai kurir sepeda, mengantarkan berbagai surat dan paket ke seluruh Chicago dengan menggunakan sebuah sepeda, hingga tak jarang pula ia tertabrak mobil ketika sedang bertugas.

Perlahan-lahan, panggung demi panggung,
Alkaline Trio mendapatkan kontrak rekaman dengan label Asian Man Records milik Mike Park, dan dalam hitungan tahun, Alkaline Trio pada akhirnya dapat menjadi sumber penghidupan Skiba secara finansial. Ya, memang betul adanya bahwa Amerika Serikat berbeda dengan Indonesia secara demografis, sosiologis, politik, dan lain sebagainya, namun pengalaman Skiba cukup inspiratif bagi kita semua untuk berani 'banting setir' demi mewujudkan impian.

2. Seorang  freak yang sukses.
Jika diperhatikan dari cara ia berperilaku, berpakaian, berbicara, dan menulis lirik, dapat disimpulkan dengan mudah bahwa Skiba adalah seorang yang eksentrik dan aneh. Namun ia membuktikan bahwa ia berhasil stand out dan melakukan apa yang ia cintai sehingga ia dapat menjalankan kehidupan yang ia impikan. Hidupnya tidak terpaku pada alarm, ia bebas dari jeratan bos dan korporat, melainkan dalam kesehariannya ia dapat menjalankan hobinya sebagai pekerjaan; menulis lirik, menciptakan lagu, dan manggung di berbagai tempat. Atas konsistensi dan attitude yang baik, ia dipercaya untuk menggantikan Tom DeLonge di blink-182 yang merupakan salah satu band pop punk paling populer di planet ini. Bahkan debut albumnya bersama blink-182 yang berjudul "California" berhasil mendapatkan sebuah nominasi dalam Grammy Awards, yang sebelumnya belum pernah didapatkan oleh blink-182.

3. Bernyali tinggi.
Dalam sebuah wawancara, ia menyatakan bahwa rasa takut adalah produk dari ego dan merupakan emosi yang tidak penting. Dia tidak takut dengan apapun kecuali rasa takut itu sendiri, dan memang benar. Ia bercerita bahwa mantan istrinya gemar membaca berbagai majalah, dan di salah satunya terdapat kuis mengenai rasa takut dengan pertanyaan-pertanyaan seperti; apakah anda takut dengan hiu? Tidak, dia pernah menyelam bersama hiu putih di Afrika Selatan. Apakah anda takut dengan ketinggian? Tidak, terjun payung adalah salah satu hobinya. Apakah anda takut dengan kematian? Tidak, karena tidak dapat dihindarkan. Apakah anda takut dengan kecelakaan pesawat? Tidak, karena ia dan mantan istrinya pernah hampir tewas akibat pesawat yang ia tumpangi menuju New York menabrak permukaan air, dan saat itu ia benar-benar merasa rileks menerima kematiannya. Namun takdir berkata lain, ia dan mantan istrinya selamat dari maut. Hal-hal tersebut menunjukkan bahwa keberanian Skiba setingkat lebih tinggi di atas keberanian manusia pada umumnya.

4. Menjaga kesehatan mental dan fisik.
Skiba adalah seorang praktisi Transcendental Meditation, sebuah teknik meditasi asal India yang dipopulerkan di Amerika Serikat oleh David Lynch, yang notabene adalah penulis dan sutradara favoritnya. Menurutnya, meditasi tersebut membuat pikirannya menjadi jernih dan tenang dan hal tersebut sangat membantunya dalam proses kreatifnya sebagai musisi dan seniman lukis.

Ia pun menjaga kesehatan fisiknya dengan baik dengan berlari sepanjang 5 mil sehari dan menjadi seorang vegan. Baginya, daging bukanlah sesuatu yang layak untuk dikonsumsi karena ia menganggap daging adalah bagian dari dirinya. Skiba memang pernah terjerumus dalam narkotika, namun ia sudah lama berhenti menggunakan substansi tersebut dan kini ia menjaga dirinya agar selalu sober.

5. Memiliki attitude positif.
Walaupun seorang 'pemberontak', dalam sebuah wawancara ia berkata bahwa menurut Ibunya, Skiba adalah seorang anak yang memiliki emosi yang sangat peka. Ia bahkan menangis ketika melihat seorang anak dengan kondisi down syndrome. Ia pun bersikap sangat menghormati setiap individu, terutama wanita sebab menurut rekan-rekan bandnya ia selalu menjaga diri dari seks bebas, walaupun sebagai seorang bintang rock banyak sekali wanita yang rela mempersembahkan sekujur tubuh mereka kepadanya.

6. Seorang seniman sejati.
Dikenal sebagai musisi, Skiba pun memiliki kemampuan artistik lainnya yaitu melukis. Bahkan dari pos-pos Instagram-nya, lukisan Skiba dipamerkan dan diperjual-belikan. Selain itu, ia juga memiliki kemampuan sastrawi yang baik. Lihat saja lirik-lirik ciptaannya di Alkaline Trio. Bahkan Mark Hoppus sang pembetot bas di blink-182 sampai memujinya sebagai seorang penyair murni.

Hampir semua idola saya memiliki nilai-nilai khusus. Walaupun tidak semuanya saya golongkan sebagai role model seperti Matt Skiba. Rivers Cuomo dari Weezer, cukup inspiratif walaupun bertolak belakang dengan Skiba, ia nekad mendaftarkan diri sebagai mahasiswa Harvard University di tengah popularitas Weezer yang sedang memuncak. Demi pendidikan, ia berusaha me-manage waktu antara Weezer dan perkuliahannya. Ia menghabiskan waktu 11 tahun, sejak ia berusia 25 hingga 36 tahun, hingga akhirnya ia menyandang Sarjana Bahasa Inggris jebolan Harvard.

Tom DeLonge pun cukup saya apresiasi dengan tekad mengejar passion-nya sebagai peneliti UFO walaupun pada akhirnya membuat blink-182 sempat terbengkalai. Begitu pula dengan Dave Grohl yang berhasil mempertahankan kesuksesan karir musiknya dengan Foo Fighters pasca bubarnya Nirvana akibat kematian Kurt Cobain.

Dapat disimpulkan bahwa popularitas harus disertai tanggung jawab yang baik. Ketika seseorang mendapatkan popularitas, ia bukan hanya berpotensi menjadi seorang idola, namun juga seorang role model. Jika ia memiliki keinginan untuk sekaligus menjadi seorang agent of change, maka ia pun harus berusaha menunjukkan sikap dan perilaku yang berpotensi menciptakan perubahan progresif. Kecuali jika memang dari awal berniat untuk menghancurkan masyarakat beserta moralnya, ya silahkan saja asal bersedia menerima kritik bertubi-tubi.

Anda bebas dalam menentukan siapa dan berapa banyak idola kita, namun dalam hal penentuan role model, dibutuhkan seleksi, pertimbangan, atau bahkan riset semampunya melalui internet, literatur, atau apapun itu. Dengan begitu, anda tidak akan merasa menderita akibat terlalu memaksakan diri dalam mengimitasi seorang tokoh/selebriti yang sedang populer hanya karena anda ingin menyandang predikat 'gaul'.

Jika anda menjadikan si A sebagai role model atas pertimbangan gaya berpakaian yang menurut anda keren, yang anda dapatkan hanyalah pemborosan uang akibat terus-menerus membeli pakaian agar dapat mengimitasi fashion si A. Jika anda menjadikan si B sebagai role model anda atas dasar ketertarikan anda terhadap gaya hidupnya yang hedonistik dan glamor, ya berhentilah mengeluh dan mulai bekerja keras agar dapat mengimitasi gaya hidup si B.

Di era serba demokratis seperti saat ini, kita memiliki preferensi yang tidak terbatas dalam mengambil keputusan dan menentukan pilihan. Seperti anda yang selalu berpikir "Suka-suka gue dong mau niru siapa aja, hidup-hidup gue." setiap kali membaca kritik sosial yang saya tuangkan dalam blog ini. Begitu pula dengan saya. Suka-suka gue dong, mau kritik apa juga, blog-blog gue.

Yang disayangkan adalah mereka yang berdiam diri, tenggelam dalam rasa muak akan busuknya perilaku sosial dari individu-individu di sekitar. Ingatlah bahwa sekecil apapun hal yang kita lakukan akan berdampak bagi perubahan sosial ke arah yang kita inginkan.

No comments:

Post a Comment