Replace Back Fest 2013 : Bekasi Festival Indie Moment 2013

Sunday, April 7, 2013

Back Fest 2013 : Bekasi Festival Indie Moment 2013

Flyer resmi "Back Fest 2013 : Bekasi Festival Indie Moment"

Guyuran hujan yang cukup deras menemani perjalanan saya waktu itu. Perjalanan menuju sebuah gedung bernama KNPI di daerah Cibinong. Saat itu saya bersama band deathcore bernama Blessed Of Curse, salah satu dari 3 band yang saya jalani waktu itu. Saat itu tujuan kami adalah menggetarkan Gedung KNPI dengan 2 lagu yang akan kami bawakan. Sedangkan tujuan saya adalah : menggetarkan Gedung KNPI dengan 2 lagu yang akan saya mainkan, makan, cepat-cepat pulang ke rumah, dan berangkat ke Bekasi Square untuk menyaksikan Burgerkill, Seringai, Rajasinga, The S.I.G.I.T, dan sekumpulan band-band cadas lainnya. Ya, acara bertajuk “Back Fest 2013” tersebut jatuh pada tanggal 17 Maret 2013 dan bertepatan dengan hari dimana saya harus manggung dengan Blessed Of Curse di Cibinong. Namun syukur Alhamdulillah, Tuhan berbaik hati kepada saya. Blessed Of Curse mendapat giliran main jam 15.30 yang tertera pada rundown acara tersebut.

Tepat pukul 15.00 saya dan teman-teman menapakkan kaki kami di parkiran Gedung KNPI. Dengan kaos basah yang mulai mongering, kami masuk ke dalam gedung tersebut dan ternyata sedang ada pemadaman listrik. Acara belum dimulai. Saya sempat putus asa karena kemungkinan Blessed Of Curse akan main lebih akhir, namun Tuhan lagi-lagi berbaik hati kepada saya. Tepat pukul 15.45 nama “Blessed Of Curse!” diteriakkan oleh sang MC. Tanpa basa-basi saya segera memasang double pedal dan menggoyah panggung dengan lagu pertama, kami meng-cover sebuah lagu dari Revenge The Fate berjudul Ambisi. Dilanjutkan dengan lagu ciptaan Blessed Of Curse berjudul Resah Jiwa. “Jeeeet..” kurang lebih seperti itu lagu Resah Jiwa berakhir dan saya pun bergegas turun dari panggung. Setelah membereskan double pedal, saya dan Anggi sang basis pamit kepada teman-teman yang lain dan panitia acara tersebut. Mengingat bunyi perut kami yang keroncongan, kami memutuskan untuk memakan sepiring ketoprak di parkiran Gedung KNPI sebelum berangkat. Setelah kenyang, Anggi mengeluarkan motor dari barisan parkir dan membonceng saya. Sebuah perjalanan yang cukup panjang, tapi kami lewati dengan berbagai topik pembicaraan.

Jam menunjukkan pukul 17.35 saat saya menapakkan kaki dirumah. Saya hanya menaruh tas double pedal dan dalam 5 menit saya kembali menerjang aspal dengan angkot. Perjalanan dari rumah saya ke Bekasi Square memakan waktu satu jam dengan satu kali pergantian angkot. Istilahnya saya mempertaruhkan nyawa demi menyaksikan konser ini. Karena kesempatan menonton konser dengan pengisi acara seperti band-band cadas tersebut di tempat yang tidak terlalu jauh dari rumah merupakan sebuah kesempatan yang tidak bisa dilewatkan. Sebelumnya saya sudah 2 kali menyaksikan Burgerkill. Yang pertama pada saat pensi SMAN 54 Jakarta di Hall Basket Gelora Bung Karno dan yang kedua pada saat acara Hai Day di Parkir Timur Senayan. Kedua tempat tersebut sama-sama berada di Senayan yang merupakan daerah yang tergolong jauh dari rumah saya.

Ketika angkot saya melewati pom bensin yang terletak disebelah Bekasi Square, terlihat sorotan lampu dari atap mall tersebut. Sebuah acara yang menggunakan lampu sorot merupakan acara yang tergolong meriah. Maka saya beruntung dapat sampai di Bekasi Square tepat pada waktunya. Saat itu pukul 18.55 ketika saya memasuki pintu timur Bekasi Square. Saya sedikit bergegas karena saya tidak mau ketinggalan aksi dari Rajasinga. Karena mereka mengatakan akan main sehabis maghrib melalui akun Twitter nya @grindcoresinga. Rajasinga adalah salah satu alasan mengapa saya pergi ke acara tersebut. Maka saya setidaknya ingin menyaksikan mereka walaupun hanya satu lagu terakhir. Ketika saya hendak menaiki eskalator, saya berpapasan dengan dua orang teman saya yang merupakan vokalis dan gitaris dari band hardcore saya yang bernama Hatred. Memang sebuah kebetulan yang menyenangkan. Acara Back Fest diadakan di rooftop atau atap dari mall Bekasi Square. Maka kami menaiki eskalator beberapa kali hingga kami sampai di lantai teratas dari mall tersebut. Kami tidak tahu tepatnya jalan menuju kea tap tersebut, namun syukur ada beberapa metalhead berbaju logo-logo berakar dari band-band death metal lokal. Jadi kami mengikuti mereka ke arah parkiran dan disebelah kanan parkiran ada sebuah tanjakkan menuju atap tersebut.  Semakin kami menanjak mengikuti jalan tersebut, semakin ramai orang-orang dengan penampilan underground. Keramaian dan samar-samar suara band yang sedang di atas panggung benar-benar membakar semangat kami waktu itu. Akhir dari tanjakkan tersebut adalah sebuah tenda bertuliskan “Ticket Box”. Saya merogoh kantong dan mengeluarkan 35 ribu rupiah untuk membeli tiket acara bertajuk “Bekasi Festival Indie Moment 2013” tersebut.

Sesampai kami di gate, tiket kami disobek oleh penjaga gate tersebut. Rupanya band yang sedang tampil adalah Besok Bubar. Sebuah band yang terdengar asing bagi saya, namun ternyata mereka memiliki massa yang cukup ramai. Tanpa ragu kami langsung melewati pit dan menuju ke barisan paling depan yang berada di belakang barikade. Lagu-lagu seperti “Besok Mati” dan “Pahlawan Bertopeng” menjadi songlist mereka saat itu. Besok Bubar mengakhiri penampilan mereka dan seorang laki-laki yang tidak asing bagi saya naik keatas panggung dengan microphone di tangan kanannya. Ya, dia adalah MC sejuta umat yang bernama Allay Error didampingi oleh Olla dari Funteenlicious. Saya cukup kecewa karena saya tidak sempat menyaksikan Rajasinga. Rasa kecewa itu hilang ketika Allay dan Olla sang MC berteriak “Rajasinga!” dengan lantang. 

Tuhan berbaik hati kepada saya karena ternyata Rajasinga main setelah Besok Bubar. Lagu Rajagnaruk yang di-remix diputar oleh sang operator mixer dari belakang panggung. Trio grindrock tersebut naik ke panggung secara bergantian. Ketika personil sudah lengkap dan lagu remix Rajagnaruk berakhir, lagu “99% THC 1% Skill” menjadi lagu pembuka untuk penampilan Rajasinga pada malam itu. Kebahagiaan yang saya rasakan saya salurkan dengan sedikit aksi headbang. Dilanjutkan oleh lagu “Kokang Batang” dan yang ketiga “Dilarang Berbisa” yang benar-benar memicu adrenalin saya pada malam itu. Lagu-lagu selanjutnya adalah “Good Shit 4 Good Friend”, “Rajagnaruk”, “Anak Haram Ibukota”, dan “Angkasa Murka”. Dengan perasaan puas, berakhirlah penampilan dari Rajasinga.

Allay dan Olla kembali naik ke atas panggung untuk berkicau sementara Seringai sedang mempersiapkan alat-alat ‘perang’ mereka. Setelah beres, “Seringai!” teriak Allay dan Olla. Satu persatu personil band beraliran High Octane Rock tersebut naik ke atas panggung.  Arian 13 sang vokalis berjalan ke bagian paling depan panggung dan berkata “Dilarang Di Bandung!” sebuah lagu pembuka penampilan mereka malam itu. Kebetulan saya tidak terlalu hafal lagu-lagu Seringai, jadi saya hanya menikmati penampilan mereka dengan menangguk-anggukkan kepala. Akal bulus saya muncul ketika saya ingat bahwa saya menyimpan beberapa lirik lagu-lagu Seringai di ponsel saya. Syukurlah akhirnya saya bisa ber-sing along ria bersama Arian 13, Ricky Siahaan, Sammy Bramantyo, dan Edy Khemod. Lagu-lagu seperti “Citra Natural”, “Fett Sang Pemburu”, “Tragedi”, “Program Party Seringai”, dan “Serigala Militia” menjadi lanjutan lagu pembuka “Dilarang Di Bandung”. Dan pada lagu terakhir Arian 13 men-direct crowd dengan 2 kata yang diulang-ulang “Individu, Individu Merdeka”. Seakan seluruh orang yang berada di rooftop Bekasi Square menyanyikan kalimat tersebut , termasuk saya. Ya, lagu “Mengadili Persepsi” menjadi lagu penutup untuk penampilan Seringai di Back Fest 2013.

Band selanjutnya adalah The S.I.G.I.T. Namun seperti biasa, sebelumnya di awali dengan kicauan-kicauan maut dari sang MC Allay dan Olla. Setelah semuanya siap mereka kembali meneriakkan nama band yang akan tampil “The S.I.G.I.T.!”. Ini adalah kali kedua saya menyaksikan quartet hard rock asal kota Bandung tersebut. Yang pertama pada saat acara Hai Day. Namun saat itu saya masih benar-benar tidak pernah mendengar satu lagu pun dari The S.I.G.I.T. Syukurnya, pada saat Back Fest saya sudah mulai mendengarkan lagu-lagu mereka walaupun hanya “Black Amplifier” dan “Only Love Can Break Your Heart”. Ya setidaknya pada saat kedua lagu tersebut dimainkan saya bisa sing along sedikit-sedikit lah. Seperti pada saat saya menyaksikan mereka di Hai Day, mereka mengakhiri penampilannya dengan sebuah lagu dimana coda (coda adalah akhiran dari sebuah lagu) dari lagu tersebut diulang-ulang hingga beberapa kali. Merupakan sebuah penampilan yang sangat baik dari The S.I.G.I.T.

Lagi-lagi duo MC tersebut kembali berkicau seraya The S.I.G.I.T. membereskan alat mereka dan Burgerkill bersiap untuk menyiapkan alat ‘tempur’ mereka. “Burgerkill mainnya masih agak lama. Yang mau beli minum atau rokok silahkan mumpung Burgerkill masih menyiapkan alat-alatnya.” Kata sang MC Allay Error. Mendengar ucapannya, Saya tidak mau headbang dan sing along bersama Burgerkill dengan kaki dan kondisi fisik yang lelah karena menyaksikan band-band sebelumnya. Maka dari itu saya memanfaatkan waktu senggang tesebut untuk duduk di bawah barikade dan meluruskan kaki bersama para metalhead di samping kanan dan kiri saya.

Lampu-lampu di sekitar panggung mendadak berubah menjadi warna merah semua. Saya membangunkan tubuh dan berdiri karena saya tahu bahwa tidak lama lagi band bentukan tahun 1995 tersebut akan memecahkan gendang telinga saya dan para penonton lainnya. Tepat di samping kanan panggung, ada seorang lelaki yang penampilannya tidak asing bagi saya. Ya, dia adalah Eben sang gitaris Burgerkill sedang asyik menghisap batang rokoknya. Sebuah kebetulan, ketika saya memperhatikan dia, dia pun melihat saya dan memberikan saya sebuah salam ‘2 jari metal’. Tanpa sungkan saya membalas salam metalnya lengkap dengan senyuman. Mungkin dia mengenali wajah saya ketika 2 konser Burgerkill yang saya tonton, saya selalu berada di paling depan. Ditambah lagi, ketika Eben manggung di PRJ bersama Ring Of Fire, saya sempat menghampirinya dan meminta foto bersama. Ring Of Fire adalah band sampingan Eben bersama Fadly sang vokalis grup band Padi. Perlahan, terdengar suara intro awal sebuah lagu  yang tidak terlalu asing di telinga saya. Saya sepertinya pernah mendengar intro tersebut, namun Burgerkill tidak pernah memutar intro tersebut di 2 konser yang saya tonton sebelumnya. Seraya intro tersebut berkumandang, satu persatu personil naik ke atas panggung dimulai dengan Abah Andris sang penabuh drum. Dan disusul dengan Eben, Agung, dan Ramdan. Setelah menyapa crowd, tanpa basa-basi mereka langsung memainkan lagu pertama mereka.” Heal The Pain!” kalimat itulah yang saya teriakkan ketika Burgerkill memainkan lagu pembuka mereka. Alangkah bahagianya hati saya pertama kali melihat Burgerkill membawakan “Heal The Pain” secara live! Memang Tuhan berniat membahagiakan saya pada tanggal 17 Maret 2013 itu. Lalu Vicky sang vokalis naik ke atas panggung dan  langsung menyambar microphoneThese hard days got me thinking to pass this never ending pain! Heal the pain! Take the pain away!”  kurang lebih seperti itulah penggalan lirik awal dari lagu “Heal The Pain” yang dinyanyikan Vicky, saya, dan ribuan penonton lainnya. Dengan berakhirnya lagu tersebut, saya pun menundukkan kepala dan menghela nafas dengan senyuman. Lagu kedua adalah “Laknat”. Lagu yang memang tidak terlalu familiar di telinga saya. Maka saya hanya menikmati musiknya tanpa sing along sambil mengistirahatkan tubuh. Selanjutnya adalah “Under The Scars” dan saya pun kembali dibuat menggila oleh 5 personil band asal Bandung tersebut. Dengan selesainya lagu “Under The Scars”, saya berniat untuk kembali menghela nafas. Tapi apa daya? Burgerkill kembali membawakan lagu favorit saya untuk yang pertama kalinya saya saksikan : “We Will Bleed!” Ya! Lagu yang menjadi judul film dokumenter band tersebut dikumandangkan dengan kemasan sound yang apik. “We are! We are from slum! Breed in blasphemy! We will bleed!” seperti itulah penggalan lirik “We Will Bleed” yang saya nyanyikan bersama Vicky sang vokalis dan ribuan metalhead Bekasi. Lagu-lagu selanjutnya saya nikmati dengan sing along dan sedikit headbang seperti “Shadow Of Sorrow”, “For Victory”, dan “House Of Greed”. Sebelum lagu terakhir dari Burgerkill, terdapat beberapa anak remaja berkaos merah naik ke atas panggung bersama kedua MC. Lalu, diputar sebuah video tentang tawuran antar sekolah yang memakan banyak korban. Saat video itu berakhir, sekumpulan anak-anak remaja tersebut saling bersalaman dan berpelukan. Lalu kedua MC tersebut mengucapkan terimakasih kepada kami para penonton, pamit undur diri, dan berteriak “Burgerkill!”. Ritem gitar “Atur Aku” dimainkan oleh Agung. Ya, “Atur Aku” menjadi lagu penutup penampilan Burgerkill dan acara Back Fest 2013. Saya pun kembali dibuat berteriak-teriak oleh mereka. Dan di akhir lagu, panitia acara Back Fest 2013 menyalakan kembang api yang berwarna-warni. Benar-benar acara yang sangat meriah dan bermodal besar. Setelah saya dibuat kagum oleh mereka, Burgerkill menyudahi penampilannya dan saya bersama teman-teman pergi meninggalkan pit acara tersebut. Masih terdengar suara kembang api dan lagu “Only The Strong” yang diputar oleh sang operator di belakang panggung.

Saya pamit kepada Bagus dan Agatha, mereka menjauh dan saya menaiki angkot bernomor 02. Saya melihat layar ponsel dan disitu tertera “23.33 PM”. Penggalan-penggalan lirik Burgerkill dan Rajasinga masih terngiang-ngiang di pikiran saya saat itu. Memang sebuah malam yang tak bisa saya lupakan. Namun semua perlahan berakhir termakan suara sepinya jalanan dan menjauhnya angkot dari Bekasi menuju Ciangsana.

No comments:

Post a Comment