Replace NURSUNG13
Showing posts with label Interview. Show all posts
Showing posts with label Interview. Show all posts

Monday, May 11, 2015

'A Youth Not Wasted' Is Coming! Another Interview with Dochi Sadega

Sebagai salah satu the most anticipated album lokal tahun ini, 'A Youth Not Wasted', album studio keempat milik pop-punkers Ibukota Pee Wee Gaskins benar-benar mengedepankan kualitas produksinya. Buktinya, Scott Sellers dari band pop punk Rufio asal Amerika Serikat akan turun tangan dalam proses produksi album ini. Beberapa lagu dalam album tersebut sudah dapat disaksikan versi live di Youtube seperti 'Teriak Serentak', 'My Sassy Girl', dan 'Serotonin'.

Berikut wawancara saya seputar 'A Youth Not Wasted' dengan sang lokomotif band tersebut, Dochi Sadega.

1. Bagaimana progress 'A Youth Not Wasted' so far? Sudah siap rilis kah?

Tinggal 1 lagu yang belum selesai recording dan menunggu hasil mixing-mastering dari Scott Sellers

2. Tanggal rilis?

Dijadwalkan setelah lebaran, mungkin Agustus

3. Seberapa banyak dan dalam hal apa saja keterlibatan Scott Sellers dalam A Youth Not Wasted?

Pemaksimalan pilihan sound, grammar correction, mixing dan mastering

4. Bagaimana menurut dia tentang album itu?

Tidak ada lagu yang dia tidak suka, katanya semua lagu di dalamnya catchy dan well-written

5. Apakah tracklist dari A Youth Not Wasted sudah bisa saya ketahui? :D

Belum, masih rahasia hehe

6. Benarkah 'Just Friends' akan dimasukkan dalam A Youth Not Wasted?

Yup

7. Sejauh ini 'Just Friends' sudah dirilis dalam 3 versi berbeda yang terdapat di The Transit EP dan PWG EP. Tolong ceritakan latar belakang terciptanya lagu tersebut dan mengapa begitu "spesial" sehingga terus-menerus dirilis dalam berbagai macam versi?

Gak ada alasan khusus, suka aja sama lagunya dan gak ada alasan. Why not? Hehehe

8. Apa yg membedakan 'Just Friends' dalam A Youth Not Wasted dengan 3 versi sebelumnya?

Beda versi, tunggu aja. Ini termasuk lagu favorit Scott di album ini

9. Bagaimana cerita Gania Alianda dari Billfold bisa featuring dengan PWG dalam lagu 'Serotonin'?

Gak direncanakan sebenernya, spontan aja. Seru kan?

10. Seru! Boleh cerita makna lirikal dibalik lagu 'Serotonin'?

Tentang kebahagiaan, serotonin kan hormon yang diproduksi tubuh ketika sedang bahagia. Lagu ini menceritakan saat tubuh kekurangan serotonin.

11. Setelah mendengar 'Teriak Serentak' saya bisa simpulkan dalam A Youth Not Wasted, PWG lebih bereksplorasi ke arah hardcore-punk. Apa benar?

Setelah denger Serotonin gak seperti explore ke pop punk ala TSSF / Such Gold / Neck Deep? Intinya memang album ini explore ke semua varian pop punk yang memang sangat luas, dan pembuktian bahwa PWG gak stuck di 1 gaya aja. Kayak sex, kan enaknya ganti-ganti gaya biar puas.

12. Apa karena kali ini sudah lepas dari major label sehingga lebih bebas dalam bereksplorasi?

Gak kok, label gak pernah membatasi kreatifitas, karena peran label adalah untuk distribusi. Yup; distribusi. Dan supaya punya legal rights yang kuat, plus bantu urusan pajak dan paperworks untuk international release.

Tuesday, November 11, 2014

Lewat Knurd Records, Pee Wee Gaskins Akan Merilis "A Youth Not Wasted"


A Youth Not Wasted, album terbaru dari kuintet pop-punk ibukota Pee Wee Gaskins akan dirilis tahun ini (walaupun belum ada konfirmasi mengenai tanggal resminya) melalui Knurd Records, label rekaman yang didirikan oleh mereka sendiri. Band yang terdiri dari Dochi (bass), Sansan (vokal/gitar), Ayi (gitar), Aldi (drum), dan Omo (kibor) itu sebelumnya juga pernah merilis album via Knurd Records, yaitu album debut mereka "Stories From Our Highschool Years" yang dirilis pada 2008 lalu.

Album kedua mereka "Ad Astra Per Aspera", dirilis oleh Alfa Records, sebuah label major yang juga merilis album dari band-band seperti Netral, Lyla, dan lain-lain. Namun ketika masa kontraknya habis, mereka memutuskan untuk tidak memperpanjangnya. Ketika ditanya apakah disebabkan oleh label major seperti Alfa Records yang menghambat kreasi mereka, Dochi pun angkat bicara ketika saya wawancarai beberapa waktu lalu.
"Ya pada dasarnya label major punya target revenue, jadi segalanya mesti dipikirin business-wise. Dan bukan hal buruk juga, karena selama kami bernaung di Alfa Records, kami belajar banyak tentang bisnis musik. Dari segi finansial, strategi, sampai manajerial."
Nama-nama seperti New Found Glory, No Use For A Name, Blink 182, Hellogoodbye, The Get Up Kids, Phoenix, hingga Incubus dan bahkan Metallica pun menjadi daftar band-band yang meng-influence album A Youth Not Wasted mendatang. Saya yakin dorks (julukan untuk penggemar Pee Wee Gaskins) tak akan sabar menunggunya.


Baca juga
Pee Wee Gaskins dan Scott 'Rufio' Tunda Kerjasama untuk "A Youth Not Wasted"
Pee Wee Gaskins 'Lebih Dewasa' di "A Youth Not Wasted"
Dochi Sadega Tebar Kedamaian Lewat "Zero Hate"

Pee Wee Gaskins dan Scott 'Rufio' Tunda Kerjasama untuk "A Youth Not Wasted"


Scott Sellers, vokalis sekaligus gitaris dari Rufio sempat dikabarkan akan memproduseri album terbaru yang sedang digarap oleh unit pop-punk asal Jakarta, Pee Wee Gaskins. Ketika saya wawancarai, Dochi Sadega basis dari Pee Wee Gaskins berkata bahwa kerjasama di antara mereka tertunda karena persiapan yang belum matang.
"Sepertinya untuk rencana ini mesti kami postpone, karena persiapan masih kurang matang. Beberapa bulan kebelakang fokus kami masih terpecah, belum bisa 100% di band."
Album bertajuk "A Youth Not Wasted" yang akan segera dirilis itu pun akhirnya tidak memuat nama Scott Sellers sebagai produsernya. Namun kemungkinan Dochi cs akan mengajak Scott di lain waktu.
"Next album? Masih belum final untuk album ini. Mungkin mixing dan mastering akan dikerjakan oleh Scott. Itupun kalo Ayi, Sansan, Aldy, dan Omo satu suara sama gue. hehe." Ujar Dochi yang memfavoritkan album "Perhaps", "I Suppose" dan "MCMLXXXV" dari Rufio itu.
Relasi antara Pee Wee Gaskins dengan band punk rock legendaris asal California, Amerika Serikat tersebut dimulai ketika Dochi didaulat sebagai 'official party boy' ketika Rufio manggung di Bali. Sejak itu mereka tidak putus korespondensi dan hingga kini hubungannya pun baik. Kemudian ketika Dochi memperdengarkan salah satu lagunya yang berjudul "My Sassy Girl" untuk album A Youth Not Wasted, Scott pun seketika tertarik.

Walaupun belum ada konfirmasi mengenai tanggal resminya, Pee Wee Gaskins akan mengusahakan A Youth Not Wasted agar dapat dirilis tahun ini.




Baca juga
Pee Wee Gaskins 'Lebih Dewasa' di "A Youth Not Wasted"
Dochi Sadega Tebar Kedamaian Lewat "Zero Hate"

Pee Wee Gaskins 'Lebih Dewasa' di "A Youth Not Wasted"


"A Youth Not Wasted" adalah judul dari album terbaru Pee Wee Gaskins yang akan segera dirilis pada tahun ini. Memang belum ada konfirmasi mengenai tanggal pastinya dari pihak kuintet pop-punk asal Ibukota itu. Namun yang jelas, band bentukan tahun 2007 yang digawangi oleh Dochi (bass), Sansan (vokal/gitar), Ayi (gitar), Aldy (drum), dan Omo (kibor) tersebut akan mencoba 'lebih dewasa' pada album A Youth Not Wasted mendatang.
" A Youth Not Wasted bercerita tentang bagaimana kami melewati dan menikmati masa muda ini. Dengan segala kebebasan, tapi tidak luput dari tanggung jawab." Kata Dochi ketika saya wawancarai beberapa waktu lalu.
Tujuh tahun bukanlah waktu yang sebentar bagi band yang sering disingkat dengan PWG itu untuk bisa mencapai kesuksesan dan mempertahankan eksistensi. Maka hampir setiap hari mereka bersama-sama melewati hari-hari penuh perjuangan, duka cita, dan kegilaan-kegilaan khas anak muda yang mereka lakukan selama menjalankan Pee Wee Gaskins. Namun seperti yang dikatakan oleh Dochi, walau begitu, mereka tetap bertanggung jawab.
"Tanggung jawab seperti apa? ya seperti Sansan yang sekarang udah jadi bapak, Ayi yang sudah menikah dan sebentar lagi nyusul punya anak, dan gue yang bentar lagi juga melepas masa lajang. Tapi bisa dibilang, kami tidak kehilangan semua kegilaan [walaupun] bertumbuh dewasa." Ujar pemilik akun Twitter @katadochi itu yang telah bertunangan dengan sang kekasih pada September lalu dan akan segera menikah bulan ini.
Dari segi musik, menurut Dochi, A Youth Not Wasted akan sedikit berbeda dengan album-album sebelumnya. Namun dari segi lirik, masih berkutat soal cinta.
"[Aransemen musiknya] Lebih variatif sih. Ada yang ngebut, ada yang akustik. Perluasan dari yang udah pernah kami kerjakan. [Liriknya] Sepertinya masih banyak melampiaskan menulis tentang cinta. Baik cinta yang berakhir baik, maupun yang tidak."
Konsep artwork untuk A Youth Not Wasted sampai saat ini belum direncanakan, namun sepertinya merupakan kelanjutan dari EP self-titled yang telah dirilis pada 9 Agustus lalu. Artwork Pee Wee Gaskins selalu identik dengan gambar-gambar kartun, kecuali pada EP "The Transit" yang merupakan foto pesawat berlatar belakang airport.

Dochi pun menyebutkan beberapa seniman yang berada di balik artwork-artwork Pee Wee Gaskins dan Sunday Sunday Co., perusahaan clothing line miliknya.
"[Album] Stories From Our Highschool Years dan Ad Astra Per Aspera yang ngerjain Rico Julian. Dia designer untuk Sunday Sunday Co. juga. Untuk EP 2014 [self-titled] yang bikin Mufti Priyanka, dia juga sempat kolaborasi untuk Sunday Sunday Co."

Baca Juga
Dochi Sadega Tebar Kedamaian Lewat "Zero Hate"

Sunday, November 9, 2014

Tips Jurnalistik dari Danie Satrio, Editor In Chief Hai Magazine


Bagi Anda yang tertarik dengan dunia jurnalistik, ada kabar bagus. Pasalnya ada tips dari Editor In Chief majalah Hai, Danie Satrio.
"Gue selalu bilang sama anak-anak [tim editorial Hai], kalo lo jadi wartawan, lo harus norak. Dalam artian, lo harus selalu bertanya 'kenapa sih begini? kenapa sih begitu?'. Kalo orang norak kan nanya mulu, atau kepo lah istilahnya."
Beliau pun menambahkan bahwa jika kita 'kepo' pun tetap tidak boleh asal bertanya.
"Lo harus punya preferensi karena yang namanya wartawan kan harus tau banyak. Nanti dari situ lo akan bisa dapet 'note for news'. Jadi sebelum peristiwa terjadi, lo udah tau bahwa itu akan jadi berita."
 Dari segi finansial, beliau juga menjelaskan bagaimana prospeknya.
"Lo jangan melihat jurnalis itu sebagai pekerjaan yang menjanjikan, tapi menghidupkan. Hidup. Nyatanya gue hidup kan? Tapi gimana orang menjalankan hidup itu kan beda-beda ya. Ada yang memang pengen jadi orang kaya. Yang jelas gue gak akan bilang bahwa jurnalis itu bisa jadi kaya. Nggak. Nggak bisa dihitung pake duit. Tapi secara pengalaman hidup, lo punya chance yang lebih besar untuk bisa jadi lebih 'kaya' daripada orang lain karena lo bisa ketemu banyak orang dan berada di dalam berbagai macam situasi. Lo bisa belajar apapun. Seperti kata founder-nya Kompas, Jakob Oetama 'Menjadi jurnalis adalah panggilan'. Kalo lo nggak terpanggil untuk jadi seorang wartawan ya akan susah 'keep up' dengan kehidupan sebagai jurnalis."
Beliau sendiri bergabung dengan Hai sebagai reporter musik pada tahun 1999 dan sejak 2008 dipercaya untuk menjabat sebagai Editor In Chief.

Baca juga
Bagaimana Danie Satrio Bergabung Dengan Hai Hingga Menjabat Editor In Chief? Ini Kisahnya
Konsep Regenerasi di Hai Day 2014 Menurut Danie Satrio

Konsep Regenerasi di Hai Day 2014 Menurut Danie Satrio


Sebagai majalah remaja yang sukses bertahan selama 37 tahun terakhir, rasanya tak 'afdol' jika majalah Hai tidak menggelar suatu perhelatan akbar. Sebagai pembuktian atas sumbu eksistensinya yang belum padam, sejak 2012 lalu, Hai menggelar "Hai Day" sebuah event tahunan yang diselenggarakan selama dua hari yang merupakan sebuah ajang 'pesta' remaja yang berisi berbagai macam hiburan dari mulai konser musik, kesenian, teater, olahraga, entrepreneur, hingga kompetisi antar sekolah.

Kemarin (8/11) merupakan hari pertama dari Hai Day 2014 yang diadakan di Parkir Timur Senayan dan pada tahun ketiga ini, Hai mengusung konsep "Regeneration" yang berbeda dengan dua tahun sebelumnya. Ketika saya temui di hari pertama Hai Day 2014 kemarin, Danie Satrio selaku Editor In Chief majalah Hai sekaligus konseptor Hai Day dari tahun ke tahun, menjelaskan tentang konsep regenerasi tersebut.
"Gue melihat apa yang dibutuhkan oleh remaja, campaign apa yang bisa kita tawarkan ke audiens. Hai Day udah memasuki tahun ketiga dan ada beberapa lineup yang sampai tahun ketiga ini hadir terus. Makanya sekarang waktunya 'pass on' ke generasi berikutnya, walaupun mereka [line up] dihadirkan lagi, kita juga menghadirkan banyak yang baru-baru. Kayak hari ini nih [Sabtu], kan banyak yang baru-baru; Billfold, Kunto Aji, Neurotic, dan lain sebagainya. Kalo besok [Minggu] kan 'senior' semua tuh dari mulai Shaggy Dog, Endank Soekamti, Sheila On 7 kan emang udah lama. Itu salah satu caranya. Untuk hari ini kita coba menghadirkan lebih banyak yang baru-baru."
Selain itu, yang membedakan Hai Day Regeneration 2014 dengan Hai Day Celebrating Youth 2012 & 2013 adalah dengan tampilnya beberapa musisi dari Jepang seperti Dorothy Little Happy, Taro & Jiro, Amiaya, Cyntia, Eir Aoi, dan I Don't Like Monday.
"Di area Art ada kompetisi yang membedakan dengan aksi kreativitas tahun lalu. Kalau tahun lalu, kami menyediakan papan putih dan bisa menggambar grafitti di sana, tahun ini kami menyediakan secarik kain panjang dimana kalian bisa menggambar doodle art."  Ujar beliau ketika diwawancara dengan Kompas.com
Harga tiket untuk Hai Day tahun ini pun naik. Jika pada dua tahun sebelumnya seharga Rp. 15.000,-, untuk Hai Day Regeneration 2014 seharga Rp. 25.000,-. Namun harga yang ditawarkan benar-benar sebanding dengan keseruan yang didapatkan disana.

Baca juga
Bagaimana Danie Satrio Bergabung Dengan Hai Hingga Menjabat Editor In Chief? Ini Kisahnya

Bagaimana Danie Satrio Bergabung Dengan Hai Hingga Menjabat Editor In Chief? Ini Kisahnya


Saya yakin ketika kita membicarakan soal majalah-majalah remaja di Indonesia, nama yang pertama kali muncul di pikiran kita adalah "Hai". Majalah mingguan yang kerap membahas tuntas tentang musik dan lifestyle tersebut berhasil menjadi sebuah 'bacaan warisan' para remaja dari generasi ke generasi selama 37 tahun terakhir.

Ketika kita membeli majalah Hai dan membacanya, pada halaman awal kita akan menemui rubrik Letter From Editor, sebuah pengantar mengenai tema tertentu yang sedang dibahas, yang ditulis oleh sang Editor In Chief, Danie Satrio.
Beliaulah sang mastermind yang mengatur taktik dan strategi untuk majalah Hai sehingga dapat dicintai para remaja seperti saat ini. Beliau menjuluki dirinya sebagai The Caretaker of Hai Magazine yang mengurusi majalah Hai beserta semua produk turunannya. Ketika saya temui di Hai Day Regeneration pada Sabtu (8/11), beliau bercerita bagaimana ia bisa bergabung dengan Hai.
"Ketika gue masih kuliah, gue siaran di MS Tri FM dan nemenin temen gue nge-host buat talkshow sama pemimpin redaksi Hai waktu itu, Iwan Iskandar. Kemudian pada tahun 1999 saat Hai lagi butuh reporter musik, gue daftar dan Alhamdulillah keterima."
Passion-lah yang membuat alumni FISIP Universitas Indonesia itu bertahan di Hai sejak 15 tahun silam hingga menjabat sebagai Editor In Chief.
"Gue masuk Hai kan karena ditawarin jadi reporter musik, dan dari dulu emang gue suka banget musik. Gue suka baca tentang musik, dengerin musik, dan gue juga main musik." Ujar beliau yang pernah tergabung sebagai drummer di berbagai band, lalu melanjutkan; "Salah satu cita-cita gue waktu SMP dulu adalah jadi wartawan musik dan kalo bisa di Hai karena jaman dulu kan anak muda itu Hai banget."
Sebagai perwakilan generasi remaja silam, beliau pun menjelaskan bagaimana majalah yang pertama kali terbit pada tanggal 5 Januari 1977 tersebut bisa digemari remaja ketika itu.
"Ya abis jaman dulu gak ada majalah lain selain Hai yang konsisten ngomong soal 'A, B, C, D'-nya musik. Dan selain itu juga cuma Hai yang membahas pop culture. Apalagi ketika itu internet belum seperti sekarang."
Majalah yang tergabung dalam grup Kompas Gramedia itu sukses menjadi bacaan para remaja yang ketika itu masih remaja, hingga kini mereka memiliki anak remaja yang bacaannya majalah Hai pula.

Hai juga menjadi wadah penampung kreatifitas yang siap mengekspos siapapun yang memiliki karya yang dapat menginspirasi para remaja. Maka bukanlah hal yang mengherankan jika para remaja dari generasi ke generasi berlomba-lomba untuk berkarya hanya untuk dapat 'nongol' di majalah Hai dan mereka akan sangat bangga jika berhasil.

Sebagai salah satu remaja dari generasi kini, saya pun merasa bahwa Hai benar-benar berhasil 'memanjakan' kami dengan memahami betul apa saja hal-hal yang kami suka dan sukses menyajikannya dengan sangat menarik.

Saya yakin banyak di antara kita yang rela merogoh kocek Rp. 15.000,- setiap minggu untuk membeli majalah Hai karena dari situlah kita dapat menjadi 'keren' tanpa harus bergaul kesana-kemari. Hanya dengan menghabiskan waktu berjam-jam di kamar untuk membaca majalah Hai, kita mendapatkan banyak informasi mengenai apa saja hal-hal yang sedang happening dari seluruh dunia, meliputi seluruh bidang pop culture dari mulai musik, film, buku, fashion, olahraga, hingga otomotif.

Melalui Hai pula seseorang bisa eksis dan mendapat predikat from nothing to something. Hingga saat ini sudah tak terhitung jumlah para musisi, seniman, artis, dan bahkan pengusaha yang 'berutang budi' kepada Hai yang mendongkrak popularitas mereka melalui peliputan dan penyajiaannya yang menarik.

Semoga Hai akan selalu menjadi 'sahabat' yang setia menemani, mendidik, menginspirasi serta memajukan generasi remaja di Indonesia hingga kapan pun.