Replace Bagaimana Danie Satrio Bergabung Dengan Hai Hingga Menjabat Editor In Chief? Ini Kisahnya

Sunday, November 9, 2014

Bagaimana Danie Satrio Bergabung Dengan Hai Hingga Menjabat Editor In Chief? Ini Kisahnya


Saya yakin ketika kita membicarakan soal majalah-majalah remaja di Indonesia, nama yang pertama kali muncul di pikiran kita adalah "Hai". Majalah mingguan yang kerap membahas tuntas tentang musik dan lifestyle tersebut berhasil menjadi sebuah 'bacaan warisan' para remaja dari generasi ke generasi selama 37 tahun terakhir.

Ketika kita membeli majalah Hai dan membacanya, pada halaman awal kita akan menemui rubrik Letter From Editor, sebuah pengantar mengenai tema tertentu yang sedang dibahas, yang ditulis oleh sang Editor In Chief, Danie Satrio.
Beliaulah sang mastermind yang mengatur taktik dan strategi untuk majalah Hai sehingga dapat dicintai para remaja seperti saat ini. Beliau menjuluki dirinya sebagai The Caretaker of Hai Magazine yang mengurusi majalah Hai beserta semua produk turunannya. Ketika saya temui di Hai Day Regeneration pada Sabtu (8/11), beliau bercerita bagaimana ia bisa bergabung dengan Hai.
"Ketika gue masih kuliah, gue siaran di MS Tri FM dan nemenin temen gue nge-host buat talkshow sama pemimpin redaksi Hai waktu itu, Iwan Iskandar. Kemudian pada tahun 1999 saat Hai lagi butuh reporter musik, gue daftar dan Alhamdulillah keterima."
Passion-lah yang membuat alumni FISIP Universitas Indonesia itu bertahan di Hai sejak 15 tahun silam hingga menjabat sebagai Editor In Chief.
"Gue masuk Hai kan karena ditawarin jadi reporter musik, dan dari dulu emang gue suka banget musik. Gue suka baca tentang musik, dengerin musik, dan gue juga main musik." Ujar beliau yang pernah tergabung sebagai drummer di berbagai band, lalu melanjutkan; "Salah satu cita-cita gue waktu SMP dulu adalah jadi wartawan musik dan kalo bisa di Hai karena jaman dulu kan anak muda itu Hai banget."
Sebagai perwakilan generasi remaja silam, beliau pun menjelaskan bagaimana majalah yang pertama kali terbit pada tanggal 5 Januari 1977 tersebut bisa digemari remaja ketika itu.
"Ya abis jaman dulu gak ada majalah lain selain Hai yang konsisten ngomong soal 'A, B, C, D'-nya musik. Dan selain itu juga cuma Hai yang membahas pop culture. Apalagi ketika itu internet belum seperti sekarang."
Majalah yang tergabung dalam grup Kompas Gramedia itu sukses menjadi bacaan para remaja yang ketika itu masih remaja, hingga kini mereka memiliki anak remaja yang bacaannya majalah Hai pula.

Hai juga menjadi wadah penampung kreatifitas yang siap mengekspos siapapun yang memiliki karya yang dapat menginspirasi para remaja. Maka bukanlah hal yang mengherankan jika para remaja dari generasi ke generasi berlomba-lomba untuk berkarya hanya untuk dapat 'nongol' di majalah Hai dan mereka akan sangat bangga jika berhasil.

Sebagai salah satu remaja dari generasi kini, saya pun merasa bahwa Hai benar-benar berhasil 'memanjakan' kami dengan memahami betul apa saja hal-hal yang kami suka dan sukses menyajikannya dengan sangat menarik.

Saya yakin banyak di antara kita yang rela merogoh kocek Rp. 15.000,- setiap minggu untuk membeli majalah Hai karena dari situlah kita dapat menjadi 'keren' tanpa harus bergaul kesana-kemari. Hanya dengan menghabiskan waktu berjam-jam di kamar untuk membaca majalah Hai, kita mendapatkan banyak informasi mengenai apa saja hal-hal yang sedang happening dari seluruh dunia, meliputi seluruh bidang pop culture dari mulai musik, film, buku, fashion, olahraga, hingga otomotif.

Melalui Hai pula seseorang bisa eksis dan mendapat predikat from nothing to something. Hingga saat ini sudah tak terhitung jumlah para musisi, seniman, artis, dan bahkan pengusaha yang 'berutang budi' kepada Hai yang mendongkrak popularitas mereka melalui peliputan dan penyajiaannya yang menarik.

Semoga Hai akan selalu menjadi 'sahabat' yang setia menemani, mendidik, menginspirasi serta memajukan generasi remaja di Indonesia hingga kapan pun.

No comments:

Post a Comment