Replace Slipknot - .5: The Gray Chapter (Album Review)

Monday, November 3, 2014

Slipknot - .5: The Gray Chapter (Album Review)


Slipknot
.5: The Gray Chapter
Roadrunner Records
2014


Setelah 'puasa' tidak merilis album selama enam tahun, akhirnya Slipknot 'berbuka puasa' pada tahun ini. Album berjudul ".5: The Gray Chapter" ini merupakan album pertama Slipknot tanpa mendiang sang basis Paul Gray dan sang drummer Joey Jordison yang dipecat pada akhir 2013 lalu. Band asal Des Moines, Iowa tersebut kembali menggandeng Roadrunner Records yang telah menjadi label rekaman untuk Slipknot sejak debut albumnya pada 1999. Dirilisnya album ini juga menjadi titik permulaan era baru Slipknot dimana bergabungnya dua personil baru (Alessandro Venturella pada bass dan Jay Weinberg pada drum) menimbulkan atmosfer yang baru pula bagi Slipknot. Jim Root sang gitaris merangkap sebagai basis dalam sebagian besar lagu di album ini. Venturella hanya mengisi bass pada sebagian sisanya, dengan alasan yang kurang jelas.

Enam belas buah lagu dalam album ini dipersembahkan kepada maggot yang telah 'kehausan' selama enam tahun dan Slipknot benar-benar berhasil melenyapkan dahaga mereka. Pada keempat album sebelumnya Slipknot mencampurkan beberapa sampling yang terdengar psychotic untuk track pembuka, kali ini Slipknot memberikan "XIX" yang merupakan sebuah mars yang menyeramkan, gelap, dan dengan lirik serta progresi chord yang menyulut semangat "So walk with me, walk with me, don't let this fucking world tear you apart." benar-benar berhasil membangkitkan gairah pendengar dengan klimaks. Namun sayangnya pada track kedua, justru membuat pembukaan album ini tidak 'nampol' karena permulaan lagu ini yang merupakan alunan petikan gitar, menurunkan gairah pendengar yang sudah berhasil dibangkitkan oleh klimaksnya "XIX". Akan lebih baik jika track kedua diisi dengan lagu yang menerjang seketika seperti "(sic)" yang sungguh memicu adrenalin yang merupakan track kedua dari album perdana mereka yang dirilis pada 1999. Namun lepas dari itu, "Sarcastrophe" mendatangkan sesuatu yang unik dan baru bagi Slipknot yaitu Jay Weinberg sang drummer baru yang menggunakan octoban yang dipukul secara mistis untuk melengkapi alunan gitar menyeramkan yang dipetik oleh Jim Root pada permulaan album ini. Pukulan blast beat serta picking gitar dengan nada yang epic serta kalimat "Burn up in your atmosphere!" yang diteriakkan oleh Corey Taylor berhasil memicu adrenalin pendengar yang sempat surut pada permulaan lagu ini. Pada bagian refrain, pasukan gang vocals Slipknot yang terdiri dari Corey Taylor, Clown, dan Chris Fehn beraksi dengan ber-sing along meneriakkan kalimat ekspresif nan puitis "We are killed gods!" yang berarti "Kami adalah dewa-dewa yang terbunuh!".

Pada lagu-lagu yang diciptakan Slipknot sebelumnya, kebanyakan berorientasi pada nu metal, groove metal, thrash, atau hardcore. Namun pada "AOV" Slipknot mencoba memberanikan diri untuk berekspolasi dengan menuangkan elemen metalcore yang terdengar dari riff gitar dan beat drum yang memulai lagu ini dengan terjangan langsung. Chorus pada lagu ini sungguh melodic, memperdengarkan alunan vokal clean Corey Taylor yang merdu dan dibalut dengan choir dan progresi chord yang melodius pula. Namun hal tersebut sama sekali tidak mengurangi kegarangan Corey Taylor yang kembali rap-screaming dengan pengucapan kata-kata yang sangat cepat namun dengan geraman yang menyeramkan. Hal tersebut menjadi ciri khasnya sejak album perdana Slipknot, seperti pada lagu "Spit It Out". Pada bagian akhir lagu ini, kembali terdengar ciri khas Slipknot yaitu pukulan-pukulan pada tong besi yang dilakukan oleh para perkusionis yaitu Clown dan Chris Fehn, menghasilkan beat yang perkusif.  "AOV" adalah kepanjangan dari approaching original violence, yang merupakan lagu dengan lirik sarkastik yang bercerita tentang seseorang yang telah kehilangan passion dan komitmennya terhadap sebuah kelompok. Kalimat-kalimat seperti "We bury what we fear the most, approaching original violence is the silence, where you hide it? cause I don't recognize you anymore" dan "We carry what we can't control, approaching original violence, in the silence, there's a nihilist who doesn't care and never did" membentuk asumsi yang merujuk kepada Joey Jordison sebagai objek dari lirik tersebut. Seperti yang kita ketahui, Joey Jordison dipecat pada akhir 2013 dan Slipknot hingga kini belum memberikan pernyatan tentang penyebab dipecatnya sang drummer yang telah bergabung di Slipknot selama 18 tahun itu. Mungkin "AOV" menjadi sebuah medium untuk menceritakan konflik tersebut secara simbolik.

"The Devil In I" adalah judul lagu pada track keempat yang merupakan single kedua yang dirilis Slipknot untuk album .5: The Gray Chapter sekaligus merupakan lagu pertama dalam album tersebut yang video klipnya telah dirilis. Riff gitar groovy diiringi beat drum dan perkusi yang Slipknotical, mengawali lagu tersebut. Lalu dilanjutkan dengan vokal clean Corey Taylor yang merdu dan disambung dengan scream pada reffrain, membuat lagu ini menjadi sebuah lagu yang cadas dan melodius pada saat yang bersamaan. Tidak heran jika lagu ini sangat berpotensi untuk membuat para pendengar tertarik untuk menghafalkan liriknya yang non-ekplisit untuk ber-sing along. Lalu para pendengar diberi kesempatan bernafas pada "Killpop", sebuah lagu semi-ballad yang dimulai dengan ritem dan beat yang kalem, namun secara bertahap 'naik' dan berakhir dengan permainan drum yang 'ngebut' dan teknikal dan disertai vokal scream Corey Taylor yang meneriakkan "Die and fucking love me!" secara berulang-ulang. Dari segi lirik, "Killpop" merupakan lagu cinta dengan lirik yang sarkastik, eksplisit, dan dibalut dengan irama musik yang keras.

Sesuai dengan nama album .5 The Gray Chapter, "Skeptic" pada track keenam adalah sebuah lagu yang didedikasikan untuk sang almarhum Paul Gray. "The world will never see another crazy motherfucker like you, The world will never know another man as amazing as you." merupakan penggalan kalimat dari lirik lagu tersebut sebagai representasi dari sebuah persembahan dan 'pemujaan' untuk mendiang sang basis. Dengan aransemen musik yang cadas dan jauh dari kesedihan, "Skeptic" merupakan lagu tribut dengan lirik yang tidak melankolis, namun berhasil menggores emosi para pendengar lewat lirik yang disampaikan. Tanpa jeda untuk 'pulih' dari keganasan aransemen "Skeptic", "Lech" kembali membakar adrenalin para pendengar melalui aransemen musik yang tak kalah cadas dan dengan poin plus yang didapatkan dari odd time signature yang terdapat di beberapa bagian dalam lagu ini, namun tidak mengurangi kadar enjoyable-nya karena disusupi juga beberapa riff gitar yang dibalut dengan beat dan ritem yang groovy sehingga para pendengar mampu headbanging di sela-sela bagian lagu ini.

Seakan mengerti bahwa para pendengarnya 'ngos-ngosan' setelah diterjang oleh dua lagu pembakar adrenalin, "Skeptic" dan "Lech", Slipknot kembali memberi waktu untuk bernafas pada lagu "Goodbye" yang merupakan lagu tribut lainnya untuk Paul Gray. Lagu ballad yang sesungguhnya ini baru muncul pada track kedelapan dalam .5: The Gray Chapter. "Maybe we can all recognize a moment of sadness." menjadi indikasi bahwa lirik lagu ini bercerita tentang kesedihan yang mendalam atas kepergian Gray meninggalkan Slipknot untuk selama-lamanya. Dengan progresi chord gitar dan melodi yang melankolis, membuat para pendengar mampu menjiwai makna lagu ini sekaligus menikmatinya dengan sepenuh hati. Namun Slipknot menyadari bahwa tidaklah baik untuk berlarut-larut dalam kesedihan. Maka selepas menggoreskan emosi pada pendegar lewat "Goodbye", Slipknot kembali meliarkan para pendengar dengan "Nomadic", sebuah lagu dengan komposisi antara unsur heavy dan melodic yang pas. Slipknot berhasil membuat para pendengar headbanging atau ber-scream along pada bagian verse dan ber-sing along pada bagian chorus yang sangat melodius layaknya pada lagu "AOV".

Pada track kesembilan, sayangnya Slipknot gagal untuk menarik minat para pendengar untuk menikmati "The One That Kills The Least" karena aransemen musiknya yang 'tanggung'; terlalu 'lemot' untuk dibilang cadas, dan terlalu banal untuk dibilang melodius. Lepas dari itu, dari segi lirik, "The One That Kills The Least" tergolong menarik dengan menggunakan analogi yang unik seperti pada kalimat "I mirror what I love with what I hate, empty ways can cloud your eyes.". Namun pada "Custer" di track kesepuluh, bisa dibilang merupakan lagu tercadas, terkeras, paling menggeber, dan paling ngebut dalam album .5: The Gray Chapter serta dengan lirik yang paling eksplisit pula. Pembukaan dengan riff dan beat yang cepat, rapat, dan berbarengan benar-benar menghancurleburkan gendang telinga para pendengar yang saya jamin akan melotot sekaligus terkagum-kagum ketika mendengar lagu ini. Kalimat "Cut! Cut! Cut me up! And fuck! Fuck! Fuck me up!" yang diteriakkan Corey Taylor dan pasukan gang vocals memang membakar habis jiwa dan adrenalin para pendengar dan dipastikan lagu ini akan membumihanguskan moshpit dengan seketika ketika dimainkan secara live. Jika pada album debut Slipknot terdapat "Surfacing" yang dijuluki sebagai The New National Anthem atau 'lagu kebangsaan baru' karena liriknya yang persuasif dan kontroversial, maka rasanya "Custer" sangat pantas dijuluki sebagai The Brand New National Anthem atau 'lagu kebangsaan yang paling baru'.

Setelah "Custer" menguras habis 'energi' para pendengar, lagi-lagi Slipknot memanjakan mereka dengan memberinya kesempatan untuk bernafas dalam sebuah lagu pendek yang berisi sampling dan lirik yang mistis dan psychotic (tipikal Slipknot) yang berjudul "Be Prepared for Hell". Namun tak sampai dua menit, Slipknot kembali menggerus mental para pendengar dengan "The Negative One" yang merupakan lagu pertama yang dirilis Slipknot selama enam tahun tidak merilis karya apapun. Riff gitar yang membuka lagu ini dan dilanjutkan dengan beat drum Jay Weinberg, sepintas terdengar mirip dengan "Disasterpiece" pada album Iowa (2001), namun ketika Corey Taylor memulai aksinya dengan meneriakkan kalimat "Fire and caffeine, a lot of nicotine, I'm gonna burn so I better tell you everything." membuat lagu ini memiliki karakteristiknya sendiri yang menarik, selain karena aransemen musiknya yang keras, tapi juga karena liriknya yang puitis. Banyaknya sampling dan scratching yang digunakan pada lagu ini memberi kesempatan bagi Craig Jones dan Sid Wilson untuk mendominasi. Blast beat Jay Weinberg yang disertai picking gitar Mick Thomson dan Jim Root pada pertengahan lagu, meningkatkan kadar keganasan mereka dan membuat lagu ini sempat menjadi Worldwide Trending Topic di Twitter ketika belum sampai dua jam dirilis pada 1 Agustus lalu.

"If Rain Is What You Want" merupakan judul dari lagu penutup pada album ini yang judulnya menarik, namun rasanya kurang cocok. Tempo yang lambat dan aransemen yang kurang 'nampol' dari lagu ini menjadikan album .5: The Gray Chapter menjadi anti-klimaks.

Untuk edisi spesial, Slipknot membonuskan dua lagu tambahan yaitu "Override" dan "The Burden" yang keduanya bertempo lambat, namun "The Burden" lebih menarik untuk didengar karena aransemennya yang 'berani' dan menyerempet psychedelic.

Overall, .5: The Gray Chapter merupakan sebuah album epik yang gelap, menyeramkan, cadas, emosional, dan melodius. Namun, sangat disayangkan penyusunan lagu-lagu untuk tracklist di album ini agak keliru yang membuat 'kurva klimaks' dalam album ini berantakan. Alangkah baiknya jika "The Negative One" bertukar posisi dengan "Sarcastrophe" pada track kedua, dan "Custer" menggantikan "If Rain Is What You Want" sebagai lagu penutup.

Jika kita bandingkan dengan keempat album Slipknot sebelumnya, walaupun tidak kuno, aransemen musik pada .5: The Gray Chapter terdengar lebih dewasa namun cenderung 'menua'. Tetap cadas, namun tidak begitu 'liar' dan 'berani' seperti pada album-album terdahulu, Iowa (2001) dan Vol. 3: The Subliminal Verses (2004) yang dirilis ketika masa-masa keganasan Slipknot yang sesungguhnya.

Namun, .5: The Gray Chapter menjadi bukti konkret bahwa Slipknot, sebagai band metal yang sebentar lagi menginjak usia dua dekade dengan rata-rata usia para personilnya yang di atas 40 tahun, merupakan band metal yang mampu mempertahankan eksistensinya dengan baik, dan masih tergolong 'berbahaya' baik dari segi musik, lirik, penampilan secara live, maupun konsep desain grafis dan visualnya.








No comments:

Post a Comment